SALAM PAPUA (TIMIKA) – Anggota Dewan Perwakilan
Rakyat Kabupaten (DPRK) Mimika mengaku kecewa dengan pembangunan Lapangan
Terbang (Lapter) di Kampung Bela, Distrik Alama, Kabupaten Mimika.
Hal ini diungkapkan Wakil Ketua II DPRK Mimika Karel
Gwijangge dan Ketua Komisi IV DPRK Mimika Elinus B Mom, usai melakukan
peninjauan pembangunan Lapter di Kampung Bela, Kamis (26/6/2025).
Karel Gwijangge mengatakan, perencanaan Lapter Bela ini
telah dilakukan saat dirinya menjadi Dewan pada periode 2009-2014 dan
perencanaan dilakukan bersama dengan Lapter lainnya seperti Lapter Noema.
Namun ia sangat kecewa setelah melakukan kunjungan di Bela. Ia
melihat pembangunan Lapter Bela masih belum juga rampung di tahun 2025 ini.
Padahal akses ke pedalaman hanya bisa melalui transportasi udara.
“Saya kecewa sekali tadi kami lihat Lapter Bela belum juga
rampung, bahkan pembangunannya belum bisa kita katakan sedikit lagi rampung.
Memang sementara dikerjakan namun pekerjaan ini terkesan tidak diperhatikan,”
ujarnya.
Ia berharap Pemkab Mimika serius melakukan pembangunan
Lapter ini, bahkan ia meminta Pemkab dapat melakukan evaluasi terhadap
kontraktor dan konsultan pekerjaan Lapter. Sebab pekerjaan tersebut tidak
terlihat kemajuan bahkan terkesan kontraktor tidak menguasai kondisi medan
tempat pembangunan Lapter.
“Pemkab Mimika harus tegas, jangan sampai karena tidak
menguasai medan yang cukup berat untuk pembangunan Lapter sehingga pekerjaan
ini ditunda-tunda. Jadi saya harap ada komitmen kita bersama,” harap Karel.
Sementara itu, Elinus B Mom setelah melihat kondisi
pembangunan Lapter mengungkapkan, pihaknya akan memperketat pengawasan setiap
pekerjaan yang dilakukan, apalagi pekerjaan dengan nilai di atas Rp 3 Miliar.
“Setelah melihat pekerjaan Lapter ini, maka kita di Komisi
IV ini akan melakukan pengawasan ketat, termasuk kepada konsultan dan
kontraktornya. Karena kami lihat ini terjadi karena kurangnya pengawasan
sehingga pekerjaan yang dilakukan kurang maksimal dan selalu terlambat,”
katanya.
Dengan adanya pengawasan pun, ia berharap anggaran yang
digunakan dapat diefisienkan, sebab setelah melihat pekerja-pekerjaan fisik
yang dilakukan kontraktor terkesan kurang maksimal karena kontraktor dinilai
tidak menguasai medan pekerjaan.
“Jadi kami Komisi IV yang membidangi infrastruktur, akan
mengawasi langsung setiap pekerjaan. Konsultan juga harus turun langsung ke
lokasi pekerjaan, karena konsultan ini juga mendapatkan anggaran pengawasan
jadi harus benar-benar kerja di lapangan,” pungkas Elinus.
Penulis: Evita
Editor: Jimmy