SALAM PAPUA (TIMIKA) – Komisi IV Dewan Perwakilan Rakyat Kabupaten (DPRK) Mimika meminta Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Mimika segera mengambil langkah penyelesaian terkait persoalan lahan di Pelabuhan Poumako.

Ketua Komisi IV DPRK Mimika, Elinunus Balinol Mom, menyampaikan hal tersebut usai menemui ratusan buruh Tenaga Kerja Bongkar Muat (TKBM) yang melakukan aksi pemalangan jalan utama menuju Pelabuhan Poumako, Rabu (10/9/2025).

Menurut Elinunus, aksi pemalangan dilakukan sebagai bentuk protes TKBM atas penyegelan lahan kontainer di Pelabuhan Pomako yang berdampak langsung pada aktivitas kerja mereka.

“Dengan adanya penyegelan lahan, akses transportasi laut dan logistik terganggu. Ratusan buruh TKBM tidak bisa melakukan bongkar muat barang sehingga kehilangan pekerjaan dan pendapatan,” jelasnya, Kamis (11/9/2025).

Ia menambahkan, dalam aksi tersebut para buruh membentangkan spanduk berisi tuntutan, salah satunya bertuliskan: “Pelabuhan Poumako adalah pintu gerbang perekonomian Kabupaten Mimika.”

Elinunus juga mengungkapkan bahwa TKBM menilai pemerintah daerah tidak serius menuntaskan persoalan lahan pelabuhan. Padahal sejak tahun 1999/2000 Pemkab Mimika disebut telah membeli lahan seluas 50 hektare menggunakan anggaran APBD bernilai miliaran rupiah, namun hingga kini sertifikat belum juga terbit.

Kondisi ini memicu konflik hukum dengan PT Barto Langgeng Abadi yang memenangkan sengketa pengadilan dan mengklaim sebagai pemilik sah lahan kontainer. Bahkan, perusahaan tersebut disebut telah menyegel tiga kantor kontainer perwakilan perusahaan pelayaran yang beroperasi di pelabuhan.

“Jika situasi ini dibiarkan, dampaknya akan sangat serius terhadap perekonomian Mimika karena barang yang masuk melalui jalur laut bisa terhambat,” tegas Elinunus.

Komisi IV berkomitmen untuk menindaklanjuti aspirasi TKBM dengan membawa persoalan ini ke forum resmi DPRK bersama pemerintah daerah.

“Harapan kami, ada solusi konkret terkait kepemilikan lahan agar aktivitas pelabuhan kembali normal. Kesejahteraan para pekerja harus tetap menjadi perhatian,” pungkasnya.

Penulis: Evita

Editor: Sianturi