SALAM PAPUA (TIMIKA) — Di tengah krisis bahan bakar minyak
(BBM) yang melanda Kabupaten Mimika selama beberapa hari terakhir, masyarakat
mulai menyoroti lemahnya pengawasan dari tim pengawas yang dibentuk Pemerintah
Kabupaten (Pemkab) Mimika.
Tokoh Pemuda Maluku di Timika, Simon Rahayaan, mengatakan
dirinya mendengar banyak keluhan dari warga terkait kelangkaan BBM yang telah
melumpuhkan aktivitas harian, termasuk sekolah dan pekerjaan.
"Ini bukan hanya soal keluhan masyarakat ke saya, tapi
saya juga mengalaminya sendiri. Saya kesulitan mengantar anak ke sekolah,"
ujarnya kepada Salampapua.com, Selasa (7/10/2025).
Simon mempertanyakan kinerja tim pengawas BBM yang
sebelumnya pernah dibentuk Pemkab. Ia menilai, jika tidak ada tindakan nyata
dari tim tersebut, lebih baik dibubarkan saja.
Kekecewaan warga semakin bertambah karena di tengah
kelangkaan, sejumlah pengecer BBM tetap beroperasi secara bebas, bahkan menjual
bensin dengan harga mencapai Rp 50 ribu per liter, baik secara langsung maupun
melalui sistem cash on delivery (COD).
Lalu bagaimana peran tim pengawas Pemkab yang pernah
dibentuk? Padahal kalau tim dimaksud bekerja serius, maka tidak lagi memberi
celah kepada mafia atau makelar BBM untuk menimbun.
"Kalau tim pengawas benar-benar bekerja, tidak akan ada
lagi pengecer atau mafia BBM yang menimbun dan jual sesuka hati. Faktanya,
Pertamini masih jualan, padahal kabarnya mereka tidak punya izin resmi,"
tegasnya.
Penulis: Acik
Editor: Sianturi