SALAM PAPUA (TIMIKA) – Kepala Distrik Mimika Timur Jauh,
Yulius Katagame, menanggapi keluhan Kepala Sekolah Dasar (SD) Amamapare yang
viral di media sosial terkait banjir yang mengganggu aktivitas
belajar-mengajar.
Menurut Yulius, banjir yang terjadi di wilayah Amamapare
bukan disebabkan oleh kerusakan infrastruktur atau kelalaian pihak tertentu,
melainkan banjir rob genangan air laut akibat pasang tinggi, perubahan iklim,
dan penurunan muka tanah.
“Banjir rob itu fenomena alam, bukan buatan manusia. Jadi
saya harap tidak ada yang terlalu membesar-besarkan informasi. Banjir rob ini
sering sekali terjadi di wilayah pesisir Mimika,” jelasnya saat ditemui, Kamis
(13/11/2025).
Ia menambahkan, banjir rob biasanya terjadi dua kali dalam
setahun, yakni pada bulan April dan menjelang Desember. Ketinggian air bisa
mencapai 40 sentimeter, namun hal ini telah diantisipasi dengan pembangunan
infrastruktur yang lebih tinggi dari sebelumnya.
“Selama ini setelah banjir, kami bersama masyarakat gotong
royong membersihkan lingkungan. Untuk antisipasi, rumah dinas guru dan beberapa
bangunan baru kini dibuat lebih tinggi tiga hingga empat meter dari bangunan
lama,” ujarnya.
Sementara itu, Kepala Kampung Amamapare, Fakundus Natipia,
membenarkan bahwa banjir rob merupakan kejadian tahunan yang sudah menjadi
bagian dari siklus alam di pesisir.
“Setiap tahun pasti terjadi banjir rob, dan kalau air naik
sekolah memang diliburkan sementara, paling lama dua hari. Setelah air surut,
kami bersama masyarakat langsung membersihkan sekolah dari lumpur,” tuturnya.
Dengan kondisi ini, pemerintah distrik bersama masyarakat
berupaya tetap menjaga kebersihan dan memastikan aktivitas pendidikan dapat
kembali normal setelah banjir surut.
Penulis: Evita
Editor: Sianturi

