SALAM PAPUA (TIMIKA)- Komorbid adalah istilah yang digunakan
ketika seseorang mengalami lebih dari satu penyakit secara bersamaan. Kehadiran
komorbid dapat memperparah gejala, memperpanjang masa penyembuhan, hingga
meningkatkan risiko terjadinya komplikasi serius.
Istilah komorbid semakin sering dikenal karena meningkatnya
kasus penyakit kronis, seperti diabetes, hipertensi, dan penyakit jantung.
Komorbid tidak hanya terjadi pada orang berusia lanjut, tetapi juga pada remaja
dan anak-anak.
Komorbid dapat memengaruhi keputusan pengobatan, perawatan
harian, dan pemantauan kesehatan secara keseluruhan. Oleh karena itu, deteksi
dini dan pengelolaan yang tepat sangat penting untuk mencegah komplikasi yang
berat.
Komorbid dan Contoh Penyakitnya yang Umum Terjadi
Komorbid adalah kondisi ketika dua atau lebih penyakit
muncul bersamaan dalam tubuh seseorang. Berikut beberapa contoh penyakit
komorbid yang umum terjadi:
1. Diabetes
Sering kali, diabetes tidak datang sendiri. Banyak penderita
diabetes juga mengalami tekanan darah tinggi (hipertensi), penyakit jantung,
atau kerusakan ginjal.
Kadar gula darah yang tinggi dalam waktu lama bisa merusak
pembuluh darah dan organ lain, membuat pengelolaan penyakit menjadi jauh lebih
menantang dan membutuhkan disiplin tinggi dalam menjalani pola hidup sehat
serta terapi medis.
2. Penyakit Hati atau Ginjal Kronis
Orang dengan penyakit ginjal atau hati kronis biasanya juga
memiliki penyakit lain, seperti infeksi kronis atau gangguan metabolik. Fungsi
organ yang sudah terganggu dapat memperparah kerja organ tubuh lainnya,
sehingga pasien perlu pemantauan lebih sering, misalnya pemeriksaan
laboratorium rutin atau diet khusus.
3. Kanker
Pasien kanker rentan terkena penyakit lain, seperti infeksi
paru-paru maupun jamur, akibat sistem kekebalan tubuh yang melemah. Efek
samping kemoterapi atau radiasi juga bisa memperburuk kondisi penyakit lainnya,
sehingga proses perawatan menjadi lebih kompleks dan membutuhkan dukungan dari
banyak bidang medis.
4. Penyakit autoimun
Contoh penyakit autoimun, seperti lupus dan rheumatoid
arthritis, kerap disertai gangguan metabolik atau infeksi. Penggunaan obat
imunosupresif yang berkepanjangan membuat tubuh lebih rentan terkena penyakit
lain, sehingga penderita perlu menjaga kebersihan dan menjalani kontrol
berkala.
5. HIV-AIDS
Kondisi ini sering ditemukan bersama penyakit lain, misalnya
tuberkulosis atau kanker tertentu. Sistem kekebalan yang sangat lemah pada
penderita HIV/AIDS membuat mereka wajib kontrol rutin agar mendapat pengobatan
yang tepat dan mencegah infeksi berulang.
6. Gangguan jiwa kronis
Penderita gangguan jiwa kronis, seperti depresi atau
gangguan kecemasan, tidak jarang juga memiliki gangguan fisik, seperti penyakit
jantung atau gangguan pencernaan. Interaksi antara kondisi fisik dan mental ini
kadang memperberat gejala dan memperlambat proses pemulihan jika tidak
ditangani secara menyeluruh.
Faktor risiko yang dapat meningkatkan kemungkinan munculnya
komorbid adalah usia lanjut, riwayat keluarga, serta kebiasaan tidak sehat,
seperti merokok, konsumsi alkohol, atau kurang bergerak.
Tips Mengelola Penyakit Komorbid
Pengelolaan penyakit komorbid memerlukan perhatian ekstra
dan kerja sama dengan tenaga kesehatan. Berikut beberapa tips praktis yang
dapat dilakukan:
Rutin melakukan pemeriksaan kesehatan, agar setiap perubahan
kondisi dapat terdeteksi sejak awal dan penanganan pun bisa segera dilakukan. Konsumsi
obat sesuai anjuran dokter dan tidak menghentikan penggunaan tanpa konsultasi,
karena interaksi atau perubahan obat bisa berdampak serius.
Lakukan pola hidup sehat, seperti menjaga pola makan
seimbang, olahraga teratur, tidur yang cukup, dan mengelola stres. Selalu
sampaikan secara lengkap kepada dokter mengenai semua penyakit dan obat yang
sedang digunakan, supaya dokter dapat merancang pengobatan yang paling aman dan
efektif.
Pantau gejala serta mencatat setiap perubahan yang terjadi
pada tubuh, misalnya timbul bengkak, demam, atau keluhan baru lainnya, agar
tindakan bisa dilakukan lebih cepat.
Mengelola komorbid memang tidak selalu mudah. Namun, dengan
kedisiplinan dan komunikasi yang baik bersama tenaga kesehatan, Anda tetap
dapat mempertahankan kualitas hidup yang optimal. Jangan ragu untuk meminta dukungan dari
keluarga maupun orang-orang terdekat, karena peran mereka sangat berarti dalam
proses perawatan. (Alodokter)
Editor: Sianturi

