SALAM PAPUA (TIMIKA)- Kecubung adalah tanaman hias yang
sudah lama dimanfaatkan sebagai obat alternatif karena mengandung berbagai
senyawa aktif. Namun, tanaman ini juga sering disalahgunakan sebagai zat
adiktif atau bahan candu yang dapat menimbulkan efek halusinasi dan rasa senang
berlebih atau euforia.
Kecubung (Datura sp.) adalah tanaman semak yang memiliki
bunga menyerupai trompet berwarna putih atau ungu, serta buah yang berbentuk
bulat dan berduri. Di Indonesia, kecubung sering dijadikan tanaman hias karena
bentuk bunganya yang khas dan cantik.
Karena mengandung beragam senyawa aktif, kecubung juga
sering dijadikan sebagai obat alternatif. Tanaman ini dipercaya dapat
menyembuhkan memar, luka, sakit gigi, demam, rematik, asam urat, dan asma.
Namun, kecubung juga memiliki zat beracun yang dapat
menimbulkan beberapa gejala berbahaya jika dikonsumsi, terlebih jika
disalahgunakan sebagai zat adiktif atau psikotropika.
Bahaya Mengonsumsi Kecubung
Kecubung mengandung beberapa nutrisi, seperti karbohidrat,
lemak, protein, serat, tanin, dan flavonoid yang bersifat antioksidan. Namun,
tanaman ini juga memiliki alkaloid tropana, yaitu atropin, skopolamin, dan
hiosiamin, yang sangat berbahaya jika masuk ke dalam tubuh.
Zat-zat tersebut dapat merusak sistem saraf dan memicu
berbagai gangguan kesehatan, seperti:
1. Halusinasi
Semua bagian tanaman kecubung dapat menimbulkan halusinasi.
Efek ini terjadi karena kandungan alkaloid tropana bekerja sebagai
antikolinergik kuat yang mengganggu fungsi saraf sehingga muncul gejala,
seperti halusinasi, kebingungan, dan kejang.
2. Kecanduan
Kecubung sering disalahgunakan sebagai zat adiktif atau
psikotropika karena dapat memberikan rasa senang berlebihan atau euforia. Efek
ini membuat penggunanya ingin memakainya lagi sehingga berisiko menimbulkan
kecanduan. Bagian yang paling sering disalahgunakan adalah bijinya.
3. Delirium
Keracunan alkaloid tropana juga dapat menyebabkan delirium.
Kondisi ini membuat penderitanya menjadi linglung, sulit fokus, gelisah, dan
tidak mengenali orang atau lingkungan di sekitarnya.
4. Dehidrasi
Efek antikolinergik kecubung dapat menurunkan produksi
keringat dan air liur. Akibatnya, tubuh lebih mudah mengalami dehidrasi.
Gejalanya bisa berupa mulut kering, haus berlebihan, kulit kering, dan mata
kering.
5. Takikardia
Atropin dalam kecubung dapat meningkatkan denyut jantung
atau menyebabkan takikardia. Bila detak jantung melebihi 100 kali per menit,
risiko terjadinya serangan jantung, stroke, atau bahkan kematian dapat
meningkat.
Efek lain yang dapat muncul akibat keracunan kecubung
meliputi demam, sakit kepala, nyeri perut, diare, muntah, gangguan penglihatan,
dan kesulitan berbicara.
Cara Mengatasi Efek Samping Kecubung
Jika seseorang terlanjur mengonsumsi kecubung dan mengalami
gejala keracunan, pertolongan medis perlu diberikan sesegera mungkin. Beberapa
penanganan yang bisa dilakukan dokter atau tenaga medis adalah:
Detoksifikasi
Tenaga medis dapat memberikan cairan yang dicampur dengan
arang aktif untuk menghambat penyerapan racun dari saluran pencernaan.
Obat-obatan
Pada kasus keracunan yang menimbulkan gejala berat seperti
delirium atau gangguan jantung, dokter dapat memberikan fisostigmin melalui
infus. Obat ini membantu menetralkan efek racun yang sudah terlanjur terserap
tubuh.
Pemantauan
Pasien biasanya akan dipantau secara berkala untuk melihat
perkembangan gejala, kestabilan fungsi vital, serta efektivitas penanganan yang
diberikan.
Meski kecubung mengandung nutrisi dan senyawa tertentu,
risiko bahayanya jauh lebih besar dibandingkan manfaatnya. Penggunaan kecubung
sebagai obat herbal juga belum terbukti aman dan masih membutuhkan penelitian
lebih lanjut.
Jika Anda ingin menggunakan tanaman herbal apa pun untuk
mengatasi keluhan atau kondisi tertentu, sebaiknya konsultasikan terlebih
dahulu dengan dokter agar pemakaiannya aman dan sesuai dengan kondisi kesehatan
Anda. (Alodokter)
Editor: Sianturi

