SALAM PAPUA (TIMIKA) - Aneka pohon bonsai silaukan
ribuan mata warga Timika saat mengunjungi pameran Hari Lingkungan Hidup (HLH)
Sedunia, yang digelar PT Freeport Indonesia dan Pemerintah Kabupaten (Pemkab)
Mimika, yang diselenggarakan 5 -7Juli 2024 di halaman Graha Eme Neme Yauware.
Aneka bonsai berbagai jenis pohon ini, dipamerkan pada stan
Komunitas Pecinta Bonsai Timika yang terbentuk sejak tiga tahun lalu dan
beranggotakan 25 orang.
Komunitas Pencinta Bonsai merupakan orang-orang yang
berkreasi membuat seni bonsai, mulai dari pohon Sancang, Buxus, Dolar Mangkok,
Sakura Mikro, 1000 Bintang, Anting Putri Mikro, Anting Putri Biasa,
Cenderawasih, Serut merah, Kawista Batu, Bougenville, Hoki Anti, serta simbur
mikro.
Darsono, yang merupakan anggota Komunitas Pecinta Bonsai
Timika mengatakan, bahwa dari sekian banyak bonsai yang dipamerkan pada HLH
PTFI dan Pemkab 2024, bonsai pohon cenderawasih yang paling mahal, yaitu Rp
8.000.000.
Bonsai Cenderawasih dibandrol hingga Rp 8.000.000
dikarenakan pohonnya keras, jarang ada, serta pertumbuhannya lama.
Untuk bonsai lainnya dijual dengan harga dimulai dari Rp
500.000 dan Rp 3.000.000
"Bonsai Cenderawasih yang paling mahal, bukan hanya di
Timika saja. Di daerah manapun bonsai Cenderawasih ini harga jualnya
mahal," kata Darsono saat dijumpai Salampapua.com, Minggu (7/7/2024).
Ia menyebutkan, bahwa peminat bonsai di Timika cukup banyak.
Hal ini terbukti dengan banyaknya bonsai
yang dibeli pada pameran HLH Sedunia,
yang digelar PTFI dan Pemkab Mimika 2024 ini.
"Selama pameran HLH ini banyak yang beli. Ada 10 pot
yang sudah dibayar, tapi belum diambil," katanya.
Berkecimpung dalam dunia seni bonsai menurut dia, memiliki
tingkat kesabaran dan ketelatenan serta memiliki imajinasi yang tinggi, untuk
menemukan model yang unik, indah dan bernilai seni. Sebab, untuk mendapatkan
hasil atas kreatifnya cukup lama hingga bertahun-tahun.
"Tidak ada kesulitan, tapi kita dituntut untuk sabar
dan imajinasinya harus ada. Karena untuk satu pohon itu proses cabangnya bisa
bertahun-tahun," katanya.
Penulis: Acik
Editor: Sianturi