SALAM PAPUA (TIMIKA) – Sebuah kanal YouTube “PENYAKIT!!!” cukup populer di dunia maya dan semakin menambah kepopulerannya dengan penampilan Kaka Moro, yang memiliki nama lengkap Moro Kogoya, seorang Panglima Perang Suku Dani di Distrik Tingginambut, Kabupaten Puncak Jaya, Provinsi Papua Tengah.

Seakan terdorong untuk mengikuti terus setiap tayangan, khususnya video-video yang mempertontonkan Kaka Moro, sosok yang tegas namun begitu polos dan tulus itu, sembari juga humoris, apalagi saat dia sesekali mengucapkan kata “Penyakit” ketika berkomunikasi dengan Riski Vivian (@VivianRiski), pemilik kanal YouTube tersebut, yang merupakan prajurit TNI AD dari kesatuan Kopassus Grup 2 Kartasura.

Kanal YouTube yang saat ini telah memiliki 519ribu subscriber dengan 1.500 video yang telah dishare itu lebih banyak mengisahkan tentang kedekatan dan keakraban anggota TNI dengan masyarakat di Distrik Tingginambut. Hubungan yang begitu harmonis dan bersahabat ini ternyata bermula saat Satgas Mandala 1 bertugas di wilayah pegunungan tengah di Tanah Papua tersebut pada tahun 2020-2021.

Dalam sebuah kesempatan saat salampapua.com mewawancarai Tino Bagus Ervanyanto, Pria yang menjabat sebagai Danpos Satgas Mandala 1 ketika bertugas di Distrik Tingginambut pada tahun 2020-2021 ini mengatakan bahwa dia bersama anggotanya selalu mengutamakan “hati” saat bertugas dan membangun kedekatan dengan masyarakat setempat.

Itu terbukti saat dia bersama anggotanya selesai bertugas dan hendak meninggalkan daerah tersebut, masyarakat dengan berat hati melepaskan dan banyak yang merasa kehilangan.

“Kami bertugas selama 1 tahun di sana. Tugas pengamanan itu bukan harus dengan perang tapi dengan hati. Itu yang membuat masyarakat setempat memiliki kedekatan emosional dengan kami (TNI). Bahkan saat kami akan pulang, masyarakat meminta kami untuk tidak pulang dan meminta kami bertahan 1 tahun lagi,” ujarnya kepada salampapua.com di Timika, Senin (25/9/2023).

Kembali ke kanal YouTube yang namanya diambil dari kebiasaan orang-orang Papua di Distrik Tingginambut saat berbicara sering mengucapkan kata “Penyakit”, siapa sangka di balik media sosial itu secara tidak langsung dapat membiayai sebuah misi humanis prajurit TNI AD dalam mengembangkan Sumber Daya Manusia (SDM) orang asli Papua (OAP).

Tino Bagus Ervanyanto mengisahkan, berawal saat dia dan anggotanya melihat mirisnya pendidikan di daerah tersebut, dimana hanya ada 1 sekolah SD saja dan guru yang mengajar di sekolah tersebut pun hanya 1 orang. Itu pun guru tersebut hanya datang 1 atau 2 kali saja dalam seminggu karena takut berada di daerah rawan.

“Kami (TNI) yang sering mengajar di sekolah tersebut, mengajarkan anak-anak membaca, tapi untuk menghitung sebenarnya mereka jago (pintar). Bahasa Indonesia pun tidak banyak dari mereka yang bisa dan lancar. Mereka hanya dapat berkomunikasi menggunakan bahasa suku mereka. Anak-anak sekolah itu juga tidak memiliki seragam sekolah, jadi kami yang memberikan seragam sekolah kepada mereka. Di sekolah itu juga kita tidak bisa mengelompokkannya dalam bentuk kelas 1, kelas 2 dan seterusnya, karena mereka campur menjadi satu. Namun antusiasme anak-anak mau belajar sebenarnya banyak sekali di daerah itu. Orang tua mereka pun sangat mendukung agar anak-anaknya bisa sekolah, tapi ya itu menjadi terkendala karena keterbatasan fasilitas pendidikan dan tenaga pengajar,” ujar Tino yang saat ini bertugas di area operasi PT Freeport Indonesia, Kabupaten Mimika, Papua Tengah.

Berangkat dari kondisi itulah, ketika dia bersama anggotanya hendak kembali ke Jawa karena telah selesai tugas di daerah tersebut selama 1 tahun, dia kemudian berinisiatif mengajak 9 anak dari Distrik Tingginambut dan Distrik Ilu, Kabupaten Puncak Jaya, untuk melanjutkan pendidikan di Jawa, tepatnya di Solo, Jawa Tengah.

“Pada dasarnya anak-anak yang kami ajak ini berasal dari keluarga yang kurang mampu dan ada anak yang yatim-piatu. Tapi kami melihat anak-anak itu memiliki potensi, karena kita tahu saat kita mengajar mereka di sekolah. Seperti misalnya kita meminta mereka menghafal Pancasila dan mereka bisa langsung menghafal dari sila pertama sampai sila kelima,” tuturnya.

Saat mengajak anak-anak ini untuk sekolah di Jawa, dia sebelumnya telah memohon izin kepada kepala suku, tokoh adat, dan tokoh agama di daerah tersebut, termasuk kepada orang tua dari anak-anak itu. Dia juga telah memohon izin dan berkoordinasi dengan Bupati Puncak Jaya.

“Kami juga membantu pengurusan kartu identitas anak (KTA) dan akte kelahiran bagi anak-anak tersebut supaya nantinya mereka bisa diterima saat melanjutkan studi di Jawa. Hal ini dikarenakan masyarakat di daerah itu tidak memiliki Kartu Keluarga, Akte Kelahiran dan kartu identitas lainnya,” ungkapnya.

Melalui kanal YouTube “PENYAKIT!!!” yang viral dengan tayangan KAKA MORO serta saat ini dilanjutkan dan dikelola oleh anggotanya ini, kemudian dapat menyentuh hati berbagai netizen dalam mendukung dan menjadi donatur untuk mensponsori semua kebutuhan anak-anak ini, baik biaya kehidupan mereka sehari-hari, bantuan kendaraan, biaya pendidikan, dan bahkan ada yang sampai mau membuatkan rumah untuk anak-anak ini tempati.

“Sekarang ini mereka sudah pintar semua, bahkan ada yang bisa berbahasa Inggris. Ada tambahan 1 anak lagi yang sudah kuliah tapi tidak dapat melanjutkan karena tidak punya biaya, sehingga kami bantu biayai kuliahnya saat ini di Solo. Dia sudah berkeluarga, jadi dia bawa keluarganya ke Solo. Sehingga kami pun memfasilitasi rumah bagi dia dan keluarganya di Solo. Jadi program ini sudah berjalan sejak tahun 2021 hingga saat ini, dan kami akan tetap memfasilitasi anak-anak ini hingga mereka bisa mendapatkan gelar Sarjana. Semoga melalui kanal YouTube itu, banyak hamba-hamba Allah yang juga tergerak hati mensupport pendidikan anak-anak ini hingga mereka lulus di Perguruan Tinggi dan mendapatkan pekerjaan. Diharapkan mereka setelah berhasil nanti bisa kembali ke Papua untuk membangun daerah mereka ini,” tutupnya.

Wartawan/Editor: Jimmy