SALAM PAPUA (TIMIKA) - Sudah dua minggu lebih para
penjagal daging babi di Pasar Sentral Timika tidak berjualan dikarenakan
penyebaran virus African Swine Fever (ASF) yang terus menyebar.
Salah satu penjagal babi di Pasar Sentar Mimika, Markus
Mempa mengatakan, sejak tanggal 2 Februari 2024 dirinya bersama 17 penjagal
lainnya tidak lagi berjualan.
“Kita ada sekitar 18 penjagal sekarang hanya bisa duduk di lapak,
tidak bisa berbuat apa-apa lagi,” ujarnya saat ditemui di Pasar Sentral Timika,
Selasa (20/2/2024).
Ia menjelaskan, dengan kejadian seperti ini membuat
perekonomian penjagal babi sangat menurun bahkan tidak memiliki pemasukan sama
sekali untuk menghidupi keluarga.
“Kami ini yang berjualan semua punya keluarga, tapi kalau
kita tidak jualan bagaimana mau menghidupi keluarga?” tuturnya.
Sementara itu Yunus Rumpang yang juga merupakan penjagal
babi mengatakan bahwa babi dari peternak maupun yang ia pelihara merupakan babi
yang sehat, namun penjagal babi tidak bisa berjualan karena tidak ada pembeli, dimana
banyak warga yang takut mengonsumsi daging babi.
“Padahal banyak babi-babi yang sehat, bahkan dari peternak
juga banyak yang sehat, tapi kita kalau potong siapa yang mau menjamin ada yang
beli?” ujarnya.
Dirinya pun berharap Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Mimika melalui
dinas terkait memberikan kebijakan atau imbauan kepada masyarakat bahwa babi
yang dijual di Pasar Sentral Timika dapat dikonsumsi dan bebas dari virus ASF.
“Harapan kita ini semoga ada solusinya, mungkin ada imbauan
dari Pemkab, jadi kita bisa berjualan lagi. Kita dibiarkan seperti ini, terus
kita yang hanya sebagai peternak dan penjagal ini mau bagaimana?” ungkapnya.
Selanjutnya, Maria yang merupakan penjual daging babi
mengungkapkan, sebelum adanya virus ASF dirinya bisa mendapatkan keuntungan Rp
500 ribu untuk perekor babi setiap harinya dan uang yang didapatkan bisa untuk
menghidupi dan menyekolahkan anaknya.
“Dulu keuntungan bisa buat hidup sehari-hari, sekarang untuk
makan saja suami harus sambil ojek. Kami mohon Pemkab bisa lihat kita dan berikan
kita solusi,” harapnya.
Penulis: Evita
Editor: Jimmy