SALAM PAPUA (TIMIKA) - Ukiran patung dan anyaman berupa tas khas suku Kamoro laris manis pada pameran Hari Lingkungan Hidup (HLH) Sedunia, yang digelar PT Freeport Indonesia (PTFI) dan Pemkab Mimika, 5 hingga Juli 2024 di halaman gedung Emeneme Yauware.

"Puji Tuhan, ukiran dan anyaman banyak yang laku selama tiga hari pelaksanaan pameran dalam rangka Hari Lingkungan Hidup yang digelar PTFI dan Pemkab Mimika," kata Ketua Sanggar AE, Wamuta Jaya, Anakletus Waukateyau, Minggu (7/7/2024).

Masing-masing ukiran dijual dengan harga bervariasi, sesuai dengan bentuk, ukuran dan nilai sejarahnya, yakni Rp 50.000 hingga Rp 700.000.

Anakletus mengatakan, ukiran kayu berupa patung yang dipajang dan dijual dalam pameran ini, merupakan patung yang bernilai sejarah, mulai dari patung mitoro, Wemawea, serta Yamate yang merupakan perisai imam gereja kampung, sehingga bisa mengesahkan perkawinan.

Ukiran dan anyaman Sanggar Seni Ukir yang dibentuk sejak 2016 dan beralamat di Jalan Serayu, RT 16, Kelurahan Kamoro Jaya ini, sering mengikuti festival budaya hingga ke luar Mimika, yakni di Bali, Surabaya, Jakarta, Batam hingga ke luar negeri, yaitu di Singapura.

"Kami sudah sering ke Bali, Surabaya, bahkan pernah satu kali ke Singapura. Kami difasilitasi oleh Dinas Koperasi Pemkab Mimika," ujarnya bangga.

Anakletus menyampaikan terima kasih kepada PTFI dan Pemkab Mimika, yang melaksanakan pameran HLH 2024. Menurut dia, pameran-pameran serupa perlu dilakukan secara berkelanjutan, guna mendukung seluruh pelaku usaha mikro kecil dan menengah (UMKM) di Timika, khusus dua suku asli (Kamoro dan Amungme).

"Saya terima kasih kepada PTFI dan Pemkab Mimika yang gelar pameran ini," katanya.

Sedangkan Emiliana Mutawyau menjelaskan, tas khas Kamoro dianyam menggunakan daun tikar dan rumput khusus yang tumbuh di rawa-rawa, yang dalam Bahasa Kamoro dinamakan sebagai rumput Teme. Selain menggunakan batang rumput Teme, juga dianyam menggunakan kulit pohon waru.

"Untuk daun dari rawa-rawa ini ada proses-prosesnya. Setalah dipotong, kemudian dijemur, direndam menggunakan pewarna dan mulai dianyam dengan bentuk dan motif sesuai keinginan. Ada juga yang anyaman menggunakan kulit pohon waru," ujar Emiliana.

Tas atau noken Kamoro ini dijual dengan harga Rp 50.000 hingga Rp 200.000. Harga jual disesuaikan ukuran dan motif.

Emiliana juga ucapkan terima kasih kepada PTFI dan Pemkab Mimika yang telah menggelar pameran. Ia pun berharap, agar festival terus dilakukan sebagai momen untuk mengangkat karya budaya lokal.

"Pameran ini sangat bagus dan mendukung karya kami. Semoga kedepannya terus dilakukan," tutupnya.

Penulis: Acik

Editor: Sianturi