SALAM PAPUA (TIMIKA)- Timika adalah sebuah wilayah yang merupakan ibukota Kabupaten Mimika, Papua Tengah, Indonesia. Kota Timika, mendapat julukan sebagai wilayah terbasah di Indonesia bahkan di dunia. Selain itu, topografi Mimika beragam, mulai dari dataran rendah hingga pegunungan tinggi, sehingga mempengaruhi variasi iklim lokal.

Kondisi iklim yang basah dan lembab sepanjang tahun ini berimplikasi pada berbagai aspek kehidupan di Mimika, termasuk pertanian, kesehatan, dan infrastruktur. Dengan hal ini Kabupaten Mimika mempunyai tantangan yang cukup besar, terutama dalam masalah kesehatan.

Salah satu kasus kesehatan yang banyak ditemukan di Kota Timika yaitu Malaria. Wilayah yang memiliki luas 21.693,51 km² dengan jumlah penduduk 312.658 jiwa ini, tentu memiliki tantangan dalam menghadapi pencegahan kasus penyakit Malaria. Dikutip dari Media Salampapua.com, Kepala Seksi Pengendalian Penyakit Menular (P2M) Dinkes Mimika, Kamaludin menyampaikan, bahwa hingga September 2024, jumlah kasus malaria di Timika mencapai 108.436 kasus.

Kesehatan masyarakat merupakan pilar penting dalam suatu daerah. Di tengah upaya meningkatkan kesejahteraan, ancaman penyakit menular masih menjadi tantangan serius, terutama di wilayah-wilayah yang memiliki kondisi lingkungan tertentu. Kota Timika, sebagai salah satu pusat aktivitas ekonomi di Papua, menghadapi permasalahan kesehatan yang mendesak, yaitu meningkatnya kasus malaria. Sebagai daerah dengan iklim tropis dan kondisi geografis yang mendukung, kasus penyakit malaria telah lama menjadi perhatian di Kota Timika.

Meningkatnya kasus penyakit malaria di Kota Timika tidak terlepas dari berbagai faktor yang saling berkelindan. Beberapa faktor dan tantangan utama yang dihadapi baik oleh pemerintah maupun masyarakat diantaranya:

1.           Faktor Kondisi Lingkungan dan Perubahan Iklim

Kota Timika memiliki banyak daerah rawa dan sebagai wilayah dengan iklim tropis yang lembap dan basah. Curah hujan yang tinggi menciptakan banyak genangan air yang merupakan habitat ideal bagi nyamuk Anopheles, vektor utama malaria untuk berkembang biak. Kondisi tropis dan kelembapan tinggi menjadikan kabupaten Mimika sebagai daerah endemik malaria yang memerlukan upaya intensif pengendalian.  Dengan demikian hal ini mejadi perhatian, dan masih menjadi tantangan yang cukup besar bagi kota Timika, bagi  pemerintah dan juga bagi Masyarakat. Selain itu, sanitasi yang kurang memadai di Kota Timika juga memperburuk penyebaran penyakit malaria.

2.           Faktor Geografis dan Topografi  

Dengan tata letak geografis, Kabupaten Mimika memiliki wilayah yang sangat luas dengan banyak daerah terpencil, termasuk kawasan pegunungan dan hutan lebat, yang sulit dijangkau oleh fasilitas kesehatan sehingga  membuat keterbatasan akses layanan kesehatan. Selain itu, hujan yang hampir sepanjang tahun membuat jalan menjadi berlumpur atau terputus, menghambat akses tenaga kesehatan dan distribusi obat. Keterbatasan ini membuat penyakit sulit untuk ditangani.

Masih banyak perkampungan di Kota Timika, belum memiliki akses yang baik untuk memudahkan masyarakat dalam mencegah penyakit malaria. Jarak yang jauh ke fasilitas kesehatan, menjadi hambatan bagi masyarakat untuk mendapatkan diagnosis dini dan pengobatan.

Selain itu, jumlah tenaga medis dan petugas kesehatan yang terbatas dalam pemberian pelayanan kesehatan yang berkesinambungan kepada populasi terutama di daerah terpencil, dan ini menjadi tantangan layanan Kesehatan di Kota Timika.

3.           Faktor Sosial Ekonomi 

Sebagian masyarakat belum sepenuhnya sadar untuk memahami pentingnya pencegahan malaria seperti penggunaan kelambu atau pengobatan tepat waktu. Keterbatasan ekonomi membuat masyarakat sulit menjangkau layanan kesehatan atau membeli obat.

Selain itu, sebagian masyarakat belum menyadari akan pentingnya kebersihan lingkungan tempat tinggal. Penyuluhan kesehatan pun masih terbatas, Sebagian masyarakat yang belum memahami pentingnya pencegahan penyakit malaria, sehingga mengakibatkan rendahnya pemahaman masyarakat tentang pentingnya langkah-langkah pencegahan penyakit malaria.

4.           Mobilitas Penduduk

Kota Timika adalah daerah dengan aktivitas perekonomian melalaui pertambangan yang tinggi, sehingga mobilitas tinggi pekerja tambang bersama keluarga, dan juga pendatang lainnya yang tinggi dari berbagai daerah dapat meningkatkan risiko penyebaran penyakit malaria. Perpindahan penduduk ini dapat mempermudah penyebaran dan mempersulit pelacakan sumber infeksi. Migrasi dan permukiman baru juga, sering tidak dilengkapi dengan fasilitas pengendalian malaria yang memadai.

5.           Resistensi Obat

Dari sisi obat, ada tantangan yang cukup mempersulit pengobatan. Resistensi parasite, plasmodium penyebab penyakit malaria menunjukkan resistensi terhadap beberapa jenis obat sehingga mempersulit pengobatan. Penggunaan obat yang tidak tepat, dan tidak diminum sesuai dengan dosis yang diberikan, dan juga meminum obat tanpa pemeriksaan darah malaria dapat memicu munculnya strain malaria yang sulit diobati.

Menghadapi berbagai tantangan dalam upaya pengendalian penyakit malaria di Timika membutuhkan pendekatan yang holistik dan berorientasi solusi secara berkesinambungan. Selain program-program pencegahan yang telah dilakukan dengan kolaburasi antara pemerintah dan pihak  swasta. Ada beberapa solusi yang dapat melengkapi program, untuk menghadapi tantangan pencegahan penyakit malaria yang dapat diberikan, antara lain:

1.           Pembangunan Sistem Pengelolaan Lingkungan Berbasis Komunitas

Dengan melibatkan masyarakat setempat dalam upaya membersihkan lingkungan yang mendukung perkembangbiakan nyamuk Anopheles, seperti genangan air, semak-semak, atau saluran air yang tersumbat. Langkah implementasinya dapat dilakukan dengan kegiatan sosial di kelompok masyarakat. Seperti membentuk kelompok masyarakat sadar lingkungan, memberi pelatihan tentang pengelolaan lingkungan sehat, dan menyediakan insentif atau penghargaan bagi komunitas yang berhasil mengurangi tempat perkembangbiakan nyamuk. Dengan harapan meningkatkan keterlibatan masyarakat dalam pengendalian malaria dan menciptakan lingkungan bersih dan sehat

2.           Penggunaan Teknologi Digital untuk Pemantauan Malaria

Mengembangkan aplikasi berbasis mobile yang dapat digunakan untuk melaporkan  kasus malaria secara real-time dengan langkah implementasi fitur utama peta interaktif untuk memantau daerah endemis dan notifikasi tentang malaria, termasuk tanda-tanda gejala dan pentingnya pengobatan dini. Dengan harapan dapat meningkatkan deteksi dini, membantu penanganan cepat, dan menyediakan data real-time untuk perencanaan program kesehatan.

3.           Pemberdayaan Perempuan Sebagai Agen Pencegahan Malaria

Melatih Perempuan di komunitas untuk menjadi agen perubahan dalam keluarga mereka, termasuk dalam hal penggunaan kelambu dan menjaga kebersihan lingkungan. Dengan memberikan pelatihan khusus tentang pencegahan malaria, menyediakan bantuan berupa alat kesehatan seperti kelambu, untuk keluarga yang rentan. Perempuan seringkali menjadi pengambil keputusan terkait kesehatan keluarga, sehingga pemberdayaan mereka dapat berdampak besar.

4.           Penerapan Teknologi Ramah Lingkungan untuk Pengendalian Nyamuk

Menggunakan teknologi seperti larva-eating fish (ikan pemakan larva nyamuk) spesies seperti Gambusia affinis atau ikan kepala timah, yang dikenal sebagai predator alami larva nyamuk. Atau pemasangan perangkap nyamuk berbasis cahaya dan feromon, pemanfatan tumbuhan pengusir nyamuk,manajemen genangan air dengan tehnologi Bioengineerin, pemanfaatan Wolbachia. Langkah yang dapat dilakukan:

•            Identifikasi genangan air yang potensial menjadi tempat berkembang biak nyamuk.

•            Penerapan teknologi di lokasi- lokasi tersebut

•            Ikan dilepas digenangan air seperti rawa,kolam,atau saluran irigasi

Dengan harapan dapat mengurangi populasi nyamuk tanpa merusak ekosistem lokal, karena tidak memerlukan bahan kimia, dan mendukung ekositem.

5.           Kampanye Media Sosial & Program Pemerintah

Dengan menggunakan platform media sosial untuk menyebarkan informasi tentang malaria, pencegahan, dan pentingnya pengobatan dini. Konten yang dapat dibuat yaitu video pendek dari tokoh masyarakat atau influencer lokal, dan infografik interaktif tentang gejala dan langkah pencegahan malaria. Dengan harapan dapat mencapai lebih banyak audiens, khususnya generasi muda, dengan cara yang menarik dan mudah dipahami.

Program yang dilaksanakan oleh pemerintah juga akan membantu pencegahan malaria. Seperti salah satu kegiatan yang di luncurkan pada September 2024, program “TEMPO KAS TUNTAS” (Tanggulangi Eliminasi Malaria melalui Periksa darah, Obati, dan Awasi Kepatuhan Pengobatan Sampai Tuntas) dimana pemerintah melakukan kegiatan pemeriksaan yang bertujuan mempercepat eliminasi malaria, melalui penemuan kasus aktif, pengobatan sesuai standar, dan pengendalian vektor. Program ini telah menunjukkan hasil positif dengan penurunan signifikan kasus malaria di Kota Timika.

6.           Penggunaan Drone Untuk Penyemprotan Insektisida

Dengan menggunakan drone untuk menyemprotkan insektisida di area sulit dijangkau, seperti rawa-rawa dan hutan di Mimika. Dengan harapan meningkatkan efesiensi dan jangkauan penyemprotan insektisida.

 

7.           Eleminasi Malaria Berbasis Adat

Dengan melibatkan kepala suku atau pemimpin adat dalam program eleminas malaria melalui pendekatan adat. Maka dapat meningkatkan  penerimaan masyarakat lokal terhadap program yang dilakukan.

8.           Menjaga Diri dari Gigitan Nyamuk

Solusi yang dapat diterapkan bagi diri sendiri yaitu menghindari gigitan nyamuk anopheles, dengan menggunakan obat anti nyamuk/ minyak kayu putih, menyemprotkan obat anti nyamuk sebelum tidur, memasang kelambu, dan memasang kawat kasa pada jendela dan lubang ventilasi rumah. Saat anda merasa gejala malaria, segera periksa di puskesmas terdekat.

Dengan beberapa solusi yang diberikan, diharapkan dapat membantu pencegahan kasus penyakit malaria di Timika. Selain itu, sejak diberlakukan program “TEMPO KAS TUNTAS”, data kasus malaria di kota Timika menurun drastis. Menurut Kepala Bidang Pencegahan dan Pengendalian penyakit Dinas Kesehatan Kabupaten Mimika, Obet Tekege, terjadi penurunan kasus hingga dua kali lipat. Melalui berbagai program dan kolaburasi, Kota Timika telah menunjukkan kemajuan dan pengendalian malaria selama dekade terakhir. Hal ini membuktikan bahwa Kota Timika bisa bersama melawan malaria.

Mulailah dari diri anda sendiri untuk menjaga kesehatan anda dan terhindar dari malaria. Bersama kita bisa, melawan Malaria. Mari, kita terus menerapkan pencegahan malaria secara konsisten agar dapat membantu tercipta masyarakat yang lebih sehat dan bebas dari ancaman penyakit malaria.

Penulis: Gail El - Gracia Waramory

Mahasiswa S1 Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Airlangga Surabaya

Editor: Sianturi