SALAM PAPUA (TIMIKA)- Selama 5 tahun terakhir, Manajemen Waanal Brothers Football Club (WBFC) Timika sangat serius membina dan membangun serta mengembangkan persepakbolaan di Papua dan Papua Tengah umumnya, dan Mimika khususnya dengan menyediakan akademi di Bandung, sehingga para pemain yang sudah terseleksi sebelumnya, menjadi pemain berkualitas dalam segala hal.
Salah satu cara merekrut pemain adalah dengan menggelar Turnamen WBFC Timika Cup I, 17-24 Februari 2025 di Timika. Hal itu ditegaskan Manager WBFC Timika, Ray Manurung ketika dihubungi Salampapua.com, Kamis (13/02/2025).
“Turnamen ini ke depan akan kita gelar secara rutin demi mencari bakat-bakat pesepakbola di Papua dan Mimika khususnya, sehingga setelah dari turnamen ini nantinya terpilih para talenta muda sepak bola. Lalu mereka akan dibawa ke Bandung untuk dididik di akademi yang lebih baik dan profesional lagi, agar mereka memiliki jam terbang dan skill yang lebih tinggi,” ujar Ray.
Di Bandung kata Ray, banyak sekali akademi-akademi yang bisa menjadi lawan tanding mereka nantinya, sehingga akan menambah rasa percaya diri dan kemampuan bermain yang lebih baik.
Selain akan mengembangkan skill para pemain nantinya sambung Ray, manajemen WBFC Timika yang didirikan oleh Four Brothers (Ray, Jason, Joe, Randy Manurung) ini, juga akan membangun soft skill hingga menjadi lifeskill. Kalau talenta bermain bola menurutnya, sudah pasti anak-anak miliki, karena mereka nantinya yang akan dipilih sudah terseleksi dari sekian banyak orang.
“Namun yang tidak kalah penting kami bangun di Akademi WBFC adalah membangun pemain yang memiliki karakter serta attitude yang baik. Tidak ada pemain yang emosian saat bermain, bermain kasar atau melawan wasit, itu jelas tidak ada. Namun semua pemain harus tunduk pada otoritas pertandingan,” tegasnya.
Saat ini sambung Ray Manurung, benchmark pemain-pemain Timnas diisi para pemain naturalisasi, yang memang berstandar Eropa, sehingga pemain lokal Indonesia agar bisa memiliki kualitas yang sama seperti itu, harus mendapatkan pembinaan sejak usia dini.
“Dilatih sejak usia dini adalah salah satu kunci agar para pemain yang nanti direkrut menjadi pesepakbola berkualitas dan professional. Dan hal itu sudah kita lakukan di WBFC dengan serius, dengan tujuan agar para pemain-pemain tersebut mampu bersaing dengan pemain dari akademi lain bahkan dari luar negeri,” terangnya.
Keseriusan WBFC juga dibuktikan dengan merekrut para pelatih yang berkualitas, seperti Rochy Putiray, Aples Tecuari dan Sahala Saragih untuk pemain senior dan ada lagi Bona Simanjuntak untuk WBFC U-16, di mana prestasi mereka di kancah nasional pada tahun 2024 sama-sama lolos ke babak 16 besar nasional. Jadi, dengan prestasi di level nasional, baru kemudian tim melaju ke kompetisi internasional sekelas Iber Cup yang sudah pernah diikuti di Portugal. Aples dan Rochy sendiri juga sudah dikenal memiliki pengalaman bermain di luar negeri seperti Swedia, Perancis dan negara lainnya, sehingga kualitas mereka sudah tidak diragukan.
“Dengan pelatih selevel itu maka para pemain yang dihasilkan juga sudah diakui oleh akademi lain. Sehingga satu waktu ada tim Liga 1 atau Liga 2 yang mau merekrut pemain, ketika mendengar nama WBFC sudah jelas memiliki skill, softskill dan lifeskill yang sudah tidak diragukan lagi,” tuturnya.
Setiap pelatih yang dikontrak WBFC sambungnya, juga selalu diberikan challenge atau tantangan dalam setiap kompetisi, demikian juga para pemain. Sehingga ketika akan mengikuti kompetisi, setelah berhasil menjadi juara, baru kemudian naik ke level yang lebih tinggi. Dengan tantangan itu, jelas para pelatih dan pemain tidak akan main-main sebab ada tujuan dan target yang jelas yakni prestasi.
Di Papua sendiri menurut Ray, potensi pemain sepak bola sangat besar karena mereka memiliki bakat alami. Sehingga pihaknya berharap, potensi ini bisa dibina dengan manajemen yang baik agar mereka bukan hanya tumbuh sebagai pesepakbola professional, namun juga memiliki karakter yang baik.
Dengan masuk di Akademi WBFC, anak-anak akan dimodali dengan metode Kepala Dulu Baru Kaki, bukan Kaki Dulu Baru Kepala. Artinya, para pemain akan dididik menjadi pemain yang mampu bermain dengan cerdas, bisa mengontrol emosi dan bermain bola dengan mentalitas professional. Sehingga tidak akan ditemukan lagi pemain yang kasar, melakukan trik-trik jatuh berguling-guling untuk memperlambat permainan dan perilaku yang kurang baik lainnya.
“Anak-anak di Papua dan Mimika sudah jelas punya potensi dan bakat alami. Namun mereka harus dibina sejak usia dini. Mereka juga dididik bukan hanya bermain bola, namun juga menjadi seorang wirausahawan. Di Bandung kami memiliki barbershop dan cafe. Jadi anak-anak diajari berbisnis, mengelola dan membuat laporan. Sehingga ketika mereka ke depan sesudah tidak bermain bola, sudah memiliki tujuan hidup yang jelas,” ungkapnya.
Dikatakannya, anak-anak yang ada di WBFC juga dididik dengan pendidikan yang baik dengan metode Home Schooling. Sejak Senin sampai Jumat mereka belajar tentang banyak mata pelajaran selayaknya usia sekolah SMA. Tambahannya adalah mereka dapat pelajaran softskill dan menjadi lifeskill, dan pendidikan informal ini yang akan sangat menentukan perjalanan hidup mereka ke depan.
Selain memiliki Akademi U-16, WBFC juga membangun Akademi U-13 dan juga akan membuka Akademi U-10. Membangun sepak bola juga menurut Ray, ibarat membangun sebuah rumah.
“Dengan biaya tertentu, orang yang membangun rumah akan berbeda-beda hasilnya. Dalam hal ini, pasti ada perbedaan sesuai dengan orang yang membangun. Namun yang jelas, harus ada hasil yang baik. Jadi kalau bermain bola dan bertanding harus memiliki target yang jelas, bukan asal-asalan. Sudah capek-capek mengorbankan waktu, uang dan sebagainya namun tidak berhasil, maka hal itu tidak boleh terjadi. Di WBFC semua harus memiliki target baik pelatih maupun pemain,” paparnya.
Dia berharap agar dari turnamen WBFC Timika Cup U-16 ini akan ditemukan para pemain bola anak Papua di Mimika, sehingga dapat dibina di Bandung. Karena kompetisi di Mimika sendiri sangat kurang, maka dengan menjadi pemain di Akademi WBFC, mereka akan dibawa untuk bermain di level yang lebih tinggi.
Tahun 2018, Ray Manurung ditunjuk oleh Kemenpora sebagai manager team nasional (Timnas) pelajar U-15 dan turnamen yang diikuti adalah IBER CUP Portugal. Dalam ajang tersebut Timnas Pelajar mampu bersaing dan mendapatkan Juara 3 (kalah dari Spanyol). Adapun para pemain waktu itu masih berumur 15 tahun sesuai dengan kategori dan dilatih oleh Coach Aples Tecuari mantan pemain Timnas Indonesia.
Menjadi Juara 3 sebetulnya di luar prediksi dan tentunya menjadi kebanggaan karena turnamen IBER CUP tersebut adalah turnamen besar EROPA yang biasanya selalu digelar juga di Spanyol, Brasil dan Portugal. Bahkan, Christiano Ronaldo adalah jebolan tournament tersebut. Tidak salah jika IBER Cup ini menjadi target Ray Manurung dan Kemenpora.
Penulis/Editor: Sianturi