SALAM PAPUA (TIMIKA) – Tiga musisi rohani nasional asal Jakarta, yakni Bong Yehezkiel, Amos Cahyadi, dan Hendry Budidharma, tampil sekaligus berbagi ilmu dengan para musisi dari berbagai gereja di Kota Timika. Acara ini digelar di Gereja GPdI Kalvari SP3, Jalan Cenderawasih, Kompleks Waanal Coffee & Resto, pada Senin malam (21/04/2025).
Ketiganya dengan antusias membagikan pengalaman dan teknik bagaimana tim worship dapat bermain secara kompak serta membawa jemaat larut dalam pujian dan penyembahan selama ibadah. Para peserta yang hadir berasal dari berbagai gereja di Kota Timika dan dihadiri juga oleh Four Brothers diwakili Randi Manurung.
Acara yang diselenggarakan di gereja yang digembalakan Pdt. Abraham Manurung ini berlangsung meriah dan dimulai dengan ibadah singkat yang dipimpin oleh Worship Leader, Ny. Lumongga Manurung dan para penyanyi. Musik dalam ibadah diiringi langsung oleh ketiga narasumber bersama pemusik dari gereja setempat. Meskipun lagu-lagu pujian dan penyembahan hanya dilatih dalam waktu singkat, hasilnya terdengar indah dan harmonis.
Amos Cahyadi, yang malam itu bermain sebagai drummer, berbagi kisah panggilan hidupnya. Sejak usia 17 tahun, ia sudah yakin bahwa Tuhan akan memakai hidupnya, meski saat itu jalannya belum jelas.
“Saya yakin, kalau saya yang tidak merencanakan saja Tuhan pakai, apalagi kalian yang sudah mempersiapkan diri,” ungkapnya.
Sementara itu, Hendry Budidharma, gitaris sekaligus pengisi acara, menceritakan bahwa timnya baru saja melayani dalam Ibadah Paskah di Tembagapura. Ia merasa bersyukur bisa berada di Timika, dan menekankan bahwa di dalam Tuhan tidak ada hal yang terjadi secara kebetulan.
Ia juga membagikan pemahaman tentang empat narasi besar dalam Alkitab, salah satunya adalah keselamatan dan penciptaan. Menurutnya, setiap orang diciptakan dengan satu tujuan dan potensi yang diberikan Tuhan harus dikembangkan.
“Bayangkan kalau Beethoven tidak menggali bakatnya maka dunia bisa kehilangan karya-karyanya luar biasa itu. Saya sendiri terus belajar mengembangkan apa yang Tuhan berikan,” jelasnya.
Sejak SMA, Hendry memutuskan untuk menjadi musisi penuh waktu. Ia melanjutkan pendidikan di SMK Musik dan kuliah di jurusan musik.
“Saya ingin menjadi seseorang yang hidup dengan passion saya. Kita juga harus ‘berbuah’, yaitu menghasilkan karya lewat latihan yang konsisten. Tuhan menyukai proses,” tambahnya.
Ia mengibaratkan musisi seperti atlet yang harus terus berlatih. Seorang musisi rohani, katanya, perlu memiliki pola pikir yang benar, mengerti posisi dan peran dalam tim, serta memiliki roh atau semangat pelayanan yang kuat.
Hendry menyebutkan ada tiga hal penting yang harus dimiliki seorang musisi, baik di dunia rohani maupun sekuler: Pertama, Kenali Potensi Diri. Setiap orang perlu memahami apakah musik merupakan panggilan hidupnya. Kemampuan harus terus dikembangkan agar bisa membentuk tim yang solid, selaras dalam permainan musik dan vokal.
Kedua, Bangun Sikap (Attitude) yang Baik. Sebagai contoh ketepatan waktu dalam latihan adalah bagian penting, baik di pelayanan gereja maupun di dunia profesional. Dan ketiga, Jadi Diri Sendiri (Be Original). Seorang worship leader tidak perlu meniru suara orang lain. “Terinspirasi boleh, tapi tetap harus menjadi diri sendiri. Tuhan menciptakan setiap orang unik,” tegasnya.
Ia juga menambahkan bahwa kemampuan pribadi dalam bermain musik sangat memengaruhi kinerja tim. Karena itu, musisi harus melatih diri secara mandiri sebelum latihan tim, agar bisa memberikan kontribusi terbaik.
Acara semakin seru saat sesi tanya jawab dan diskusi dibuka. Para peserta aktif berdiskusi seputar orisinalitas lagu dan "feel" dalam bermusik. Ketiga musisi juga memberikan praktik langsung bermain musik lintas genre dan teknik memimpin pujian sebagai seorang worship leader. Kegiatan ditutup dengan doa bersama dan sesi foto bersama.
Penulis/Editor: Sianturi