SALAM PAPUA (TIMIKA)- Sleepwalking adalah kondisi saat seseorang bangun dari tempat tidur dan berjalan saat tidur. Penyebabnya bisa karena kurang tidur atau hal lain, serta umumnya bukan merupakan tanda masalah psikologis. Meski demikian, sleepwalking perlu ditangani dengan tepat guna mencegah terjadinya cedera.

Sleepwalking atau penyakit tidur berjalan merupakan salah satu jenis gangguan tidur yang disebut dengan somnambulism atau parasomnia. Sleepwalking terjadi pada fase tidur non-rapid eye movement (NREM). Ini adalah fase saat seseorang tidur dengan nyenyak, yang biasanya terjadi setelah 2 jam terlelap.

Penyebab Sleepwalking dan Ciri-Cirinya

Meski umum terjadi pada anak-anak, sleepwalking juga bisa dialami oleh orang dewasa. Ada banyak faktor yang bisa menyebabkan sleepwalking, di antaranya: Genetik atau keturunan dari keluarga, kurang tidur dan sangat lelah, jadwal tidur tidak teratur setiap harinya, stres berat dan kecemasan, demam atau sakit, terutama pada anak-anak, konsumsi obat penenang, minum alcohol dan mengalami gangguan tidur lain seperti sleep apnea.

Mengalami sleepwalking sebenarnya bukan menandakan bahwa seseorang memiliki masalah emosional atau psikologis. Orang yang mengalami sleepwalking bahkan tidak mengingat saat ia berjalan sambil tidur.

Selain berjalan sambil tidur, orang yang mengalami sleepwalking bisa berbicara sambil tidur, tetapi tidak merespons saat diajak berbicara. Ia juga bisa melakukan berbagai aktivitas secara berulang dalam keadaan tidur, seperti menggosok-gosok mata atau mengutak-atik piyamanya.

Mata penderita sleepwalking tetap terbuka tetapi dengan tatapan yang kosong. Ia juga bisa berteriak dan melambaikan tangan atau kaki.

Setelah mengalami episode sleepwalking, penderitanya tidak bisa mengingat kejadian tersebut. Biasanya, episode ini terjadi selama beberapa detik, tetapi bisa juga sampai 30 menit. Saat terbangun, penderita mungkin merasa pusing dan linglung.

Cara Menghadapi Sleepwalking

Jika Anda melihat orang yang tidur sambil berjalan, usahakan untuk tidak membangunkannya. Alasannya, membangunkan penderita sleepwalking justru akan membuatnya gelisah, bingung, dan ketakutan. Sebaliknya, tuntunlah ia secara perlahan-lahan untuk kembali tidur di tempatnya.

Namun, jika Anda yang mengalami sleepwalking, berikut ini adalah beberapa tips yang bisa diterapkan untuk menguranginya: Tidur yang cukup minimal 7 jam setiap malam, cobalah tidur malam lebih awal dan tetapkan jadwal tidur yang teratur setiap hari.

Ciptakan lingkungan kamar tidur yang nyaman dan hindari hal-hal yang bisa mengganggu tidur., lakukan rutinitas yang menenangkan sebelum tidur, misalnya membaca buku, mengerjakan teka-teki, atau berendam air hangat kelola stres dengan baik, misalnya dengan berolahraga. Hindari konsumsi minuman beralkohol dan berkafein karena bisa mengganggu kualitas tidur dan bila sleepwalking disebabkan oleh obat-obatan, konsultasikan ke dokter.

Perlu diketahui, berjalan sambil tidur bisa membahayakan keselamatan, apalagi bila dialami oleh anak-anak. Saat mengalami sleepwalking, penderita bisa saja secara tidak sadar melakukan hal-hal yang berbahaya, seperti menuruni tangga atau membuka jendela.

Belum lagi, bila ia berkeliaran di luar ruangan atau bahkan mengonsumsi sesuatu yang tidak boleh dimakan. Tidak hanya itu, sleepwalking juga bisa membuat penderitanya merasa malu dan tidak percaya diri. Keluhan ini juga bisa saja mengganggu tidur orang lain atau melukai orang di dekatnya.

Sebagai upaya untuk meningkatkan keselamatan dan mencegah cedera akibat sleepwalking, lakukanlah beberapa cara berikut ini: Kunci jendela dan pintu di kamar tidur untuk berjaga-jaga bila mengalami sleepwalking. Pastikan tempat tidur sejajar dengan lantai untuk mencegah terjatuh. Singkirkan berbagai benda yang tajam atau mudah pecah dari sekitar tempat tidur. Pasang pagar menuju tangga, bila memungkinkan.

Sleepwalking yang terjadi sesekali umumnya tidak perlu terlalu dikhawatirkan. Pada anak-anak, kondisi ini biasanya akan hilang dengan sendirinya pada usia remaja.

Namun, jika sleepwalking sering terjadi hampir setiap malam, misalnya lebih dari 2 kali dalam seminggu, menyebabkan perilaku yang berbahaya, hingga menimbulkan kelelahan di siang hari dan mengganggu aktivitas, sebaiknya konsultasikan ke dokter melalui chat agar bisa mendapatkan penanganan yang sesuai dengan penyebabnya. (Alodokter)

Editor: Sianturi