SALAM PAPUA (TIMIKA) – Maraknya kasus pencurian rumah kosong
di Mimika belakangan ini menjadi keprihatinan bersama. Warga yang seharusnya
merasa tenang saat meninggalkan rumah untuk bekerja atau bepergian, kini justru
dihantui rasa waswas. Fenomena ini menunjukkan rapuhnya sistem keamanan
lingkungan di sekitar kita.
Dalam beberapa pekan terakhir, Timika yang kerap diguyur
hujan deras justru menjadi latar sejumlah aksi pencurian rumah, baik yang
kosong maupun berpenghuni. Kondisi cuaca bahkan seolah dimanfaatkan pelaku
untuk melancarkan aksi mereka.
Setidaknya ada dua kasus terbaru. Pertama, pencurian di
sebuah rumah di Jalan Irigasi Timika yang terjadi pada siang menjelang sore hari
saat pemilik rumah menghadiri acara keluarga. Sekembalinya, rumah sudah dalam
kondisi berantakan, jendela belakang terbuka meski dipasangi teralis, dan
sejumlah barang berharga raib, menimbulkan kerugian jutaan rupiah.
Kasus kedua terjadi di Jalan Baru. Pemilik rumah yang
bepergian ke luar kota selama beberapa hari mendapati rumahnya telah dibobol
melalui jendela berteralis. Isi rumah diacak-acak dan barang-barang bernilai
tinggi hilang, dengan kerugian mencapai puluhan juta rupiah. Dan masih ada beberapa
kasus lain yang dialami para warga di Kota Timika.
Ada beberapa faktor yang melatarbelakangi maraknya pencurian
ini. Pertama, tekanan sosial-ekonomi. Tingginya angka pengangguran dan
terbatasnya lapangan kerja mendorong sebagian orang memilih jalan pintas.
Kedua, lemahnya kontrol lingkungan. Tidak semua kompleks memiliki sistem
keamanan, pos jaga, atau ronda malam, sehingga rumah kosong mudah jadi sasaran.
Ketiga, keterbatasan aparat kepolisian dalam mengungkap kasus akibat minimnya
saksi maupun bukti di lapangan.
Dampaknya pun serius. Rasa aman masyarakat terkikis, warga
semakin individualistis, dan solidaritas sosial melemah. Jika dibiarkan, yang
hilang bukan hanya harta benda, tetapi juga rasa percaya dan kepedulian
antarwarga.
Karena itu, dibutuhkan langkah bersama. Warga dapat
memperkuat keamanan lingkungan melalui ronda malam, pemasangan CCTV sederhana,
serta komunikasi aktif lewat grup RT atau kompleks. Aparat kepolisian di sisi
lain perlu meningkatkan patroli rutin di titik-titik rawan. Pemerintah daerah
juga dituntut berperan melalui program pemberdayaan ekonomi masyarakat agar
kriminalitas tidak menjadi pilihan.
Di sinilah pentingnya menghidupkan kembali Pos Keamanan
Lingkungan (Poskamling). Poskamling bukan sekadar simbol, melainkan instrumen
nyata untuk menjaga keamanan bersama. Beberapa langkah yang bisa ditempuh
antara lain: Mengaktifkan ronda malam dengan jadwal bergilir, terutama di jam
rawan. Membangun sistem laporan cepat, misalnya lewat grup WhatsApp lingkungan.
Memantau rumah kosong dengan sistem catatan warga yang bepergian. Menggunakan
teknologi sederhana seperti lampu sensor gerak dan CCTV komunitas. Menjadikan
poskamling sebagai pusat pertemuan warga untuk mempererat solidaritas sosial.
Kasus pencurian rumah kosong di Mimika adalah alarm sosial
bahwa keamanan bukan hanya tugas aparat, tetapi tanggung jawab kolektif. Dengan
poskamling yang aktif, partisipatif, dan adaptif terhadap teknologi, rasa aman
warga bisa dipulihkan sekaligus membangkitkan kembali solidaritas sosial.
Seperti kata Bang Napi: “Kejahatan bukan hanya karena ada
niat, tetapi juga karena ada kesempatan. Waspadalah, waspadalah, waspadalah!”
Penulis: Sianturi