SALAM PAPUA (TIMIKA) – Dinas Kesehatan (Dinkes) Kabupaten Mimika mengimbau masyarakat agar meningkatkan kewaspadaan terhadap penyakit campak, menyusul ditemukannya peningkatan kasus di wilayah tersebut.

Kepala Seksi Pengendalian Penyakit Menular (P2M) Dinkes Mimika, Kamaludin, mengungkapkan hingga awal September 2025 tercatat enam kasus positif campak.

“Kami imbau masyarakat untuk lebih waspada, karena sampai awal September ini ada enam kasus campak yang terkonfirmasi positif,” ujarnya, Kamis (5/9/2025).

Menurut Kamaludin, pada 2023 terdapat 356 kasus suspek campak. Jumlah ini menurun pada 2024 menjadi 65 orang, namun kembali meningkat di 2025 dengan 92 orang suspek. Dari 26 sampel yang dikirim ke Surabaya tahun ini, enam di antaranya dipastikan positif.

“Lonjakan suspek campak tahun ini cukup signifikan. Tahun lalu, dari 65 sampel yang dikirim ke Surabaya, 32 di antaranya positif,” jelasnya.

Ia menyebut gejala utama campak adalah munculnya ruam kemerahan pada tubuh. Untuk mencegah penyebaran, masyarakat diimbau membawa anak-anak ke posyandu untuk mendapatkan imunisasi campak pada usia 9 bulan, atau mengikuti program imunisasi kejar bila melewati jadwal pemberian.

“Campak adalah penyakit yang bisa dicegah dengan imunisasi. Rata-rata yang terkena adalah bayi dan balita karena daya tahan tubuhnya masih rendah. Jadi, penyebab utama campak masih tingginya anak yang belum mendapat imunisasi,” tegas Kamal.

Dinkes Mimika juga telah menginstruksikan juru imunisasi di setiap puskesmas untuk mempercepat cakupan imunisasi campak. Pasalnya, meski campak tidak selalu berakibat fatal, penyakit ini dapat menimbulkan komplikasi serius.

“Syukur sampai sekarang belum ada kematian akibat campak. Tapi kalau ada komplikasi, dampaknya bisa berbahaya. Karena itu imunisasi sangat penting,” terangnya.

Selain campak, Kamaludin juga mengingatkan masyarakat untuk melengkapi imunisasi dasar lainnya, termasuk BCG untuk mencegah TBC dan DPT (Difteri, Pertusis, Tetanus).

“Tahun lalu kita alami KLB difteri yang menimbulkan korban jiwa. Itu terjadi karena anak tidak diimunisasi. Jadi, jangan tunda imunisasi anak,” pungkasnya.

Penulis: Evita

Editor: Sianturi