SALAM PAPUA (TIMIKA) - Masyarakat Kampung Waa-Banti,
Kimbeli, Pertanian, Tsinga, Aroanop, Opitawak dan sekitarnya, Distrik
Tembagapura, Kabupaten Mimika, mendesak PT Freeport Indonesia (PTFI) agar
kembali menyediakan sarana transportasi khusus untuk melayani masyarakat yang
hendak datang dan pulang dari Timika.
Permintaan warga yang berdomisili di area operasi PTFI ini
disampaikan saat mengkuti Rapat Dengar Pendapat (RDP) bersama DPRK Mimika dan
PTFI, yang dilaksanakan di ruang rapat Paripurna DPRK Mimika, Jumat
(19/9/2025).
Koordinator Gerakan Pemuda Peduli Kampung Waa Banti, Obeth
Natkime mengatakan, transportasi yang disiapkan untuk menjemput dan mengantar
masyarakat Banti sudah terhenti sejak tahun 2009. Sejak saat itu, masyarakat
Banti dan beberapa kampung lainnya mengalami kesulitan, sehingga harus
menggunakan mobil operasional milik aparat keamanan.
"Hari ini kami datang sampaikan aspirasi ke DPRK yang
isinya supaya PTFI kembali sediakan transportasi untuk masyarakat Banti dan
beberapa kampung lainnya. Untuk kami di Banti itu sediakan mobil, sedangkan di
Tsinga dan kampung lain itu harus ada Helikopter," pungkas Obeth.
Sebelum tahun 2009, sambungnya, masih ada mobil yang melayani
masyarakat termasuk mobil khusus bagi Kepala Suku.
"Kami tidak tahu alasan apa sampai transportasi itu
ditarik. Makanya sekarang kami minta lagi, karena kami yang terkena dampak
langsung atas operasional PTFI," tegasnya.
Namun Dia mengungkapkan bahwa aspirasi yang telah
disampaikan tersebut tidak jadi diserahkan ke DPRK sebelum Pimpinan tertinggi
di manajemen PTFI hadir langsung menemui masyarakat.
"Aspirasi ini tidak jadi kami serahkan ke DPRK dan RDP
ditunda. RDP harus dijadwalkan lagi dan harus dihadiri pimpinan tertinggi
Freeport, saat itu baru kami serahkan aspirasi kami," ungkapnya.
Sementara itu, Ketua Komisi II DPRK Mimika, Dolfin Beanal
mengatakan bahwa RDP terpaksa ditunda karena masyarakat Banti menginginkan agar
aspirasi mereka diserahkan langsung ke manajemen PTFI.
Aspirasi ini menurutnya dikarenakan masyarakat Banti dan
sekitarnya mengalami penderitaan dari tahun ke tahun. Harusnya manajemen PTFI
hadir mendengar dan menerima aspirasi mereka tanpa ada alasan apapun, mengingat
masyarakat ini merupakan korban langsung operasi PTFI.
Jika pada jadwal berikutnya, manajemen PTFI tidak hadir, maka
RDP akan dilanjutkan ke tingkat Provinsi.
"RDP ditunda karena manajemen PTFI tidak hadir. Ini
sudah kedua kalinya PTFI tidak hadir. Jadi diharapkan jadwal berikutnya harus
hadir," kata Dolfin.
Saat salampapua.com meminta konfirmasi kepada pihak PTFI, Senior
Vice President (SVP) Community Relations PTFI, Nathan Kum mengatakan bahwa PTFI
menghormati undangan DPRK Mimika dan perwakilan masyarakat dalam RDP tersebut.
“Perwakilan PTFI hadir dalam pertemuan dan mencatat setiap
masukan dari semua pihak. Saat ini jajaran pimpinan dan segenap sumber daya
sedang fokus pada upaya penyelamatan rekan-rekan kami yang terdampak insiden
luncuran material basah di area operasional,” ujarnya.
Nathan mengungkapkan, layanan transportasi darat untuk
masyarakat Banti dan sekitarnya tetap berjalan sesuai permohonan seperti
kegiatan sekolah, acara gereja, acara adat, maupun kedukaan.
Untuk pelayanan kesehatan, PTFI bekerja sama dengan RS Waa
Banti menyiapkan dua kendaraan ambulans untuk melayani pasien yang mesti
dirujuk ke dataran rendah (Timika).
“Kami tegaskan perusahaan tidak memfasilitasi transportasi
pendulang dari dataran rendah ke dataran tinggi, karena mendulang merupakan
kegiatan ilegal. Bus reguler dua kali seminggu yang sebelumnya ada kini sedang
uji coba di terminal khusus baru di Mile Post 34 Timika. Jika sudah siap,
layanan untuk masyarakat Banti dan sekitarnya dapat dilakukan kembali secara
reguler,” ungkapnya.
Penulis: Acik
Editor: Jimmy