SALAM PAPUA (TIMIKA)- Saraf kejepit adalah kondisi ketika
saraf menerima tekanan berlebih dari jaringan di sekitarnya. Akibatnya, muncul
nyeri yang tidak tertahankan, baik saat beraktivitas maupun beristirahat. Saraf
kejepit yang ringan umumnya akan membaik dengan sendirinya maupun dengan terapi
rutin. Namun, saraf kejepit yang parah perlu ditangani dengan tindakan operasi.
Karena saraf menjalar di seluruh bagian tubuh, saraf kejepit
bisa terjadi di bagian tubuh mana pun. Umumnya, saraf kejepit akan menyebabkan
nyeri hebat atau kebas ketika berada di posisi tertentu, seperti membungkuk.
Keluhan saraf kejepit yang bisa mereda dengan sendirinya
setelah beberapa saat biasanya akan dianggap sebagai nyeri biasa. Padahal, bila
tidak segera ditangani, kondisi saraf kejepit bisa makin parah, bahkan memicu
cedera atau peradangan permanen pada saraf.
Gejala Saraf Kejepit
Saraf kejepit sering kali dianggap sebagai nyeri sendi
biasa. Namun, ada beberapa gejala khas atau ciri-ciri dari saraf kejepit,
antara lain:
Mati rasa atau berkurangnya sensasi di area yang dilalui
oleh saraf. Munculnya rasa nyeri yang tajam atau seperti terbakar. Kesemutan. Otot
terasa lemah
Kaki dan tangan sering sulit digerakkan
Berbagai gejala saraf kejepit ini dapat memburuk saat Anda
tertidur. Oleh karena itu, segera periksakan diri ke dokter jika gejala di atas
berlangsung selama beberapa hari dan tak kunjung sembuh meski sudah
beristirahat atau mengonsumsi obat pereda nyeri.
Penyebab Terjadinya Saraf Kejepit
Beberapa posisi tubuh dapat meningkatkan tekanan di sekitar
saraf sehingga dapat menyebabkan saraf kejepit, seperti menopang kepala
menggunakan tangan dengan siku sebagai tumpuan atau kebiasaan menyilangkan kaki
dalam waktu lama. Cedera, memar, atau kondisi lain yang menyebabkan
pembengkakan juga bisa memicu terjadinya saraf kejepit.
Selain itu, ada beberapa kondisi kesehatan yang juga dapat
menyebabkan saraf kejepit, di antaranya:
Herniasi diskus, yaitu kondisi yang terjadi akibat bantalan
tulang belakang bergeser dari tempat yang seharusnya. Rheumatoid arthritis atau
peradangan pada sendi. Stenosis spinal, yaitu penyempitan yang tidak normal
pada tulang belakang. Carpal tunnel syndrome, yaitu ketika saraf di pergelangan
tangan tertekan. Selain karena cedera dan kondisi kesehatan di atas, saraf
kejepit juga lebih mungkin dialami oleh orang dengan kondisi berikut:
Wanita, karena memiliki tulang jari dan telapak tangan yang
lebih kecil, orang yang sering menggunakan pergelangan tangan atau bahunya
secara berulang, orang yang mengalami kegemukan dan edema, penderita penyakit
terkait kelenjar tiroid, seperti hipotiroidisme, ibu hamil, penderita diabetes,
orang yang sering berbaring dalam waktu yang lama.
Penanganan Saraf Kejepit
Kunci utama untuk menangani saraf kejepit adalah mengurangi
aktivitas pada bagian tubuh yang terpengaruh. Penderita saraf kejepit sebaiknya
menghentikan aktivitas yang diduga sebagai penyebab dan bisa memperburuk
tekanan pada saraf.
Misalnya, jika saraf kejepit disebabkan oleh carpal tunnel
syndrome, pemakaian pembebat pada tangan akan direkomendasikan oleh dokter.
Pembebat tersebut harus digunakan setiap saat, bahkan saat tidur sekalipun.
Selain itu, ada beberapa penanganan saraf kejepit yang bisa
dilakukan, antara lain:
Fisioterapi
Fisioterapi dilakukan untuk memperkuat otot-otot di daerah
yang mengalami saraf kejepit. Latihan memperkuat otot diperlukan guna
mengurangi tekanan pada saraf. Terapi fisik untuk saraf kejepit juga bisa
ditambahkan dengan anjuran perubahan postur tubuh yang lebih baik saat
beraktivitas sehari-hari.
Pemberian obat penghilang nyeri
Pemberian obat antiinflamasi nonsteroid (OAINS), seperti
ibuprofen atau naproxen, bisa diberikan untuk meredakan rasa sakit. Dokter juga
dapat memberikan suntikan kortikosteroid untuk mengurangi peradangan dan rasa
nyeri.
Operasi
Saraf kejepit yang berlangsung selama berminggu-minggu atau
bahkan berbulan-bulan dan tidak membaik meski sudah diberikan perawatan di
atas, bisa diatasi dengan operasi saraf kejepit. Jenis operasi yang dilakukan
tergantung pada lokasi nyeri, misalnya percutaneous endoscopic lumbar
discectomy (PELD). (Alodokter)
Editor: Sianturi

