SALAMPAPUA (TIMIKA)- Tiap tahun, peristiwa banjir
selalu terjadi beberapa titik di Kota Timika. Curah hujan yang tinggi menjadi
salah satu pemicu terendamnya beberapa titik permukiman warga di Kota Timika
dan sekitarnya, dan tentu saja hal itu memicu persoalan. Kenapa banjir masih
terjadi dan menyebabkan kawasan permukiman dikelilingi genangan air.
Minggu ini menjadi salahsatu bukti betapa curah hujan di
Kota Timika begitu tinggi. Hujan yang terus menerus tercurah dan mengguyur Kota
Timika dari sore hingga keesokan harinya, telah menyebabkan area tinggal warga
di beberapa titik seperti di Iwaka dan lainnya tidak bisa ditinggali karena
semua sudah dimasuki air dari semua arah.
Terlepas dari fenomena tahunan ini, salah satu pemicu
seringnya Kota Timika kebanjiran adalah masih buruknya sarana drainase atau
saluran air. Jika dicermati di Kota Timika, memang saluran air sudah dibuat dan
dalam situasi normal bisa berfungsi dengan baik. Air bisa mengalir dari
rumah-rumah atau perkantoran atau pertokoan meski belum maksimal. Namun jika
hujan turun beberapa menit saja, semua saluran air itu akan penuh dengan air
dan jika hujan masih berlanjut lebih lama, makan air akan meluap dimana-mana.
Kok bisa! Ya jelas bisa karena semua saluran air tadi di
samping kedalamannya sangat rendah dan dibangun seadanya, juga belum
terintegrasinya semua drainase tadi ke dalam satu saluran utama atau besar,
sehingga bisa dialirkan ke daerah muara dengan lancar.
Masalah yang tak kalah penting adalah, masih buruknya
kesadaran warga soal memanage pembuangan sampah rumah tangga. Coba kita amati,
di titik mana di Kota Timika yang tidak ditemukan sampah berserakan.
Jawabannnya pasti sudah tahu, tidak ada yang tidak ada sampah berserakan. Meski
petugas kebersihan sudah membawa sampah ke TPA Iwaka sejak pagi, tidak lama
kemudian, sampah sudah menggunung. Meski sudah disampaikan, bahwa pengumpulan
sampah di penampungan sementara hanya sampah jam 6 pagi, namun hal itu tidak
dihiraukan warga. Salauran-saluran air, sudut kota, area pertokoan, perumahan,
jalan raya dan saluran air atau got penuh dengan sampah. Wadoooh.
Masih mendingan jika sampah dihantarkan ke tempat
penampungan sementara. Mirisnya banyak warga yang membuang sampah pada
saluran-saluran air di area permukiman maupun perumahan. Tidak heran, di semua
sisi jalan selalu ada sampah rumah tangga. Mereka cuek dan malas tahu dan tidak
peduli, apa dampaknya jika sampah dibuang sembarangan. Bahkan jika kedapatan,
oknum warga itu malah menantang balik dengan kata-kata kasar. “Ko punya
tanahkah”.”Ko punya tempatkah”, dan sebagainya.
Saat ini volume sampah di Timika sebanyak 9.000 ton dalam
sebulannya. Berdasarkan data DLH Mimika, dan Distrik Mimika Baru jadi
penyumbang sampah terbesar disusul Wania dan Distrik Kuala Kencana.
Dan satu lagi perilaku warga adalah membuang sampah dari
mobil saat melintas oleh oknum warga. Oalah, sama saja yang warga biasa dengan
perilaku buruknya dan juga pengendara atau penumpang mobil. Terus sampai kapan
perilaku buruk ini masih dipelihara? Apa tunggu banjir sampai atap-atap rumah
tenggelam dulu atau mau peduli. Heloooo, ayo waras.
Pasalnya, jika banjir sering melanda, juga akan diikuti oleh
berkembangbiaknya beberapa macam penyakit, seperti malaria, diare, penyakit
kulit dan sebagainya.
Pemkab dan DPRD Mimika harus segera memikirkan solusi bagi
permasalahan ini. Dimulai dengan edukasi
yang tidak putus-putus sejak usia sekolah dini hingga kepada orang tua. Mimbar
rumah ibadah bisa jadi salah satu corong untuk memberikan edukasi bahwa sampah
harus dibuang pada tempatnya. Mungkin hal ini sudah dilakukan ya berulang kali.
Naah, kemana tuh pesan-pesan disimpan.
Saluran-saluran air harus bersih, demikian juga pekarangan
dan bagian dalam rumah harus selalu bersih. Ingat bersih adalah bagian dari
iman. Jangan hanya slogan, namun dibuktikan dengan melakukan serta mempraktekkannya
dalam kehidupan sehari-hari. Dengan sedang dibangunnya Pusat Daur Ulang (PDU)
oleh DLH Mimika bisa jadi satu solusi mengatasi besarnya volume sampah di Kota
Timika.
Dalam membangun drainase juga harus memikirkan semua aspek, agar
semua air disatukan ke dalam satu saluran, sehingga bisa diarahkan ke laut
dengan ukuran serta kapasitas yang besar. Dengan demikian, luapan air dari kota
bisa dialirkan dengan baik. Perilaku buang sampah sembarangan juga sudah
waktunya dilupakan, diganti dengan perilaku hidup bersih dan tertib.
Jangan harap Kota
Timika akan bersih jika hanya berharap kepada petugas kebersihan yang berjumlah
sedikit, melawan ratusan ribu warga Kota Timika yang setiap harinya membuang
sampah. Gak sepadan. Ayo ubah pola hidup sembrono dengan hidup bersih. Buang
sampah pada tempatnya, bukan buang sesuka hati. Ingat, pola hidup sehat dimulai
dari rumah. Amole, Nimaowitimi, Saipa. (redaksi)