SALAMPAPUA (TIMIKA)- Proyek air bersih di Kabupaten
Mimika masuk dalam proyek tahun ganda atau multi years. Artinya dikerjakan
dalam beberapa tahun anggaran. Namun hinggi kini harapan warga belum terpenuhi.
Proyek air bersih yang digadang-gadang sampai di rumah-rumah warga sesegera
mungkin, namun hingga saat ini masih jauh dari yang diharapkan. Air bersih
masih belum bisa dimanfaatkan warga Timika, yang sampai saat ini hanya
mengandalkan air tanah, air hujan dan air gallon setiap harinya.
Bicara air tanah, kebanyakan air tanah di Timika mengandung zat
besi dan mungkin zat-zat lain yang dapat membahayakan kesehatan. Meski sudah
disaring dengan peralatan mulai dari yang sederhana hingga yang sudah
ditawarkan katanya bisa menjadikan air jadi bersih, namun kenyataan pahitnya,
air tanah tidak bisa diandalkan jadi air minum. Hanya sebatas mencuci, mandi
dan kakus.
Bahkan, banyak orang yang sampai mengeluarkan budget puluhan
juta untuk mencari sumber air bersih, dan konon ada yang berhasil. Tapi apakah
semua mampu melakukannya? Demikian juga dengan air hujan yang kemungkinan besar
tidak terjamin layak untuk dikonsumsi.
Air galon adalah solusi terakhir yang dilakukan kebanyakan
warga di Timika untuk memenuhi kebutuhan akan air bersih dan bisa dimanfaatkan
menjadi air untuk diminum dan untuk memasak dengan harga Rp 8 ribu pergalon.
Bayangkan berapa uang yang harus dialokasikan warga untuk air ini. Apakah nanti
lebih murah dengan air galon atau air dari PAM, bukan masalah. Air bersih pasti
sangat diinginkan semua Masyarakat. Selebihnya membeli air kemasan mineral yang
tersedia di took-toko.
Nah, lalu sampai kapan ini akan terus terjadi dan sampai
kapan warga harus menunggu, sebab air itulah awal sebuah kehidupan. Tanpa air
bersih, bagaimana kesehatan Masyarakat Mimika ke depan jika hanya mengandalkan
sumber air dari tanah dan air hujan.
Kepala Dinas PUPR Kabupaten Mimika, Dominggus Robert Mayaut sebelumnya
menjelaskan bahwa penanganan air bersih di Mimika sangat membutuhkan dana yang
besar, sebab untuk mengalirkan air dari rumah ke rumah menggunakan mesin diesel
dan membutuhkan BBM yang sangat banyak.
“Air bersih ini membutuhkan anggaran yang sangat besar,
per-bulannya saja untuk BBM mesin diesel itu sebesar Rp 1,5 miliar, jadi kami
akan melakukan MoU dengan PT Freeport Indonesia untuk menanggung biaya
listriknya selama 1 tahun,” ujarnya, Senin (1/7/2024).
Robert menggungkapkan, untuk pembangunan air bersih ini
membutuhkan anggaran Rp 500 Miliar namun dari APBD 2023 hingga 2024 anggaran
yang diterima Dinas PUPR hanya sebesar Rp 200 Miliar.
“Rp 500 Miliar itu untuk 50 ribu sambungan rumah, namun kita
baru terima Rp 200 miliar. Tapi kita berharap tahun ini kita bisa alirkan air
yang sudah ada sambungannya. Kalau sekarang sambungan masih setengah dari
perkiraan,” ungkapnya.
Dia menambahkan, pihaknya akan menggandeng lembaga tertentu
untuk operasional air bersih, sehingga lembaga tersebut bisa mengerjakan
beberapa pekerjaan dalam hal pengecekan kelayakan air dan perancangan Ranperda Retribusi
ke masyarakat.
“Mau perusahaan daerah atau bukan yang jelas kami harus
bentuk kelembagaan, sehingga air bersih ini bisa secepatnya kita alirkan,”
tuturnya.
Mengingat kondisi fasilitas air bersih yang masih menunggu
tersebut, masih ada kesempatan bagi Dinas PUPR untuk menambah jumlah anggaran
Rp 300 miliar lewat APBD Perubahan 2024 sehingga bisa menutupi kekurangan dari
Rp 200 miliar menjadi Rp 500 miliar. Di lapangan, sebagian warga memang sudah
dipasangi fasilitas air bersih seperti pipa dari jalan ke rumah, dan pemasangan
kran dan perlengkapan agar nanti ketika air bersih masuk, sudah tidak menjadi
kendala.
Semoga DPRD Mimika bisa melirik masalah ini agar air bersih
bisa segera dinikmati warga Mimika, karena memang air bersih itu sangat
dirindukan semua warga. Hal ini sangat berkaitan dengan kesehatan, karena tubuh
manusia 70 persen adalah cairan. Nah kalau air yang dikonsumsi itu kurang
higienis, tentu akan sangat mempengaruhi kondisi kesehatan tubuh manusia. Hari
gini fasilitas air bersih belum dimiliki kabupaten sekaya Mimika? Inikan jadi
soal dan malah sungguh miris. Padahal tinggal melanjutkan proyek sebelumnya. Ahh
pemerintah yang lebih tahu mana yang paling prioritas.
Masyarakat tidak perlu tahu anggaran itu begini dan begitu
dari mana dan dibagi bagaimana, prosedur dan sebagainya. Sebagai masyarakat,
hanya kepingin air bersih cepat mengalir, sehingga tidak pusing lagi pasang
tandon, tampung air hujan dan usaha lainnya. Soal bayar, pastilah masyarakat
mau membayar tarif air bersih asalkan segera terrealisasi.
Rp 300 miliar tidak sulit disisihkan dari APBD Perubahan
Mimika demi mengabulkan kerinduan warga akan air bersih ini. Yakin 1000 persen
semua mau air bersih secepatnya mengalir. Rindu air bersih pokoknya. Semoga
bisa segera diwujudkan, dan warga menggantungkan harapan ini setinggi-tingginya
agar anggaran bisa dipenuhi. DPRD, PUPR ayolah. Ayo sama-sama doakan supaya air bersih segera mengalir dan sampai di rumah kita semua. Amin. Amole, Nimawiotimi, Saipa. (redaksi)