SALAM
PAPUA (TIMIKA) - Puluhan guru yang merupakan Kepala
Sekolah, Pengawas dan Kaur Kurikulum SD di Kabupaten Mimika mengikuti kegiatan
Pelatihan Penyusunan Kurikulum Muatan Lokal Pendidikan Dasar yang dilaksanakan
oleh Dinas Pendidikan Kabupaten Mimika, di Hotel Grand Tembaga, pada 9-11
September 2024.
Kepala Dinas Pendidikan, Jeni Ohestin Usmani
yang diwakili Kabid SD Stanislaus Laiyan mengungkapkan bahwa seluruh
tenaga pendidikan tentunya telah mengetahui arti dari muatan lokal bahkan
selama ini telah menerapkannya di masing-masing sekolah. Karena itu, ke depannya
menjadi tugas Dinas Pendidikan untuk mendorong terbentuknya Peraturan Bupati
(Perbup) sebagai payung hukum yang penerapan kurikulum muatan lokal di sekolah.
Melalui kegiatan ini, diharapkan agar semua
kegiatan pembelajaran di sekolah dapat terintegrasi dengan muatan lokal, agar
anak-anak Mimika bisa mengetahui kebudayaan lokal dua suku besar ataupun Papua
lainnya, baik dongeng, cerita rakyat, sejarah ketokohan, tari-tarian, alat musik,
lagu, dan yang lainnya.
"Kami sudah pernah pertemuan bersama
Balai Bahasa terkait penerapan muatan lokal ini dan yang menjadi kendalanya
sampai saat ini adalah persoalan payung hukumnya. Oleh karena itu setelah
kegiatan ini kami akan berupaya untuk menetapkan Perbup karena draftnya sudah
dirancang tinggal diserahkan ke Bagian Hukum," kata Stanis sebelum menutup
kegiatan, Rabu (11/9/2024).
Narasumber dalam kegiatan ini adalah Dr. Fatur
Rohim, dari Asesmen Pendidikan Badan Standar, Kurikulum, dan Asesmen Pendidikan
(BSKAP) Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi (Kemendikbudristek)
RI.
Saat diwawancarai usai kegiatan, Dr. Fatur
menyampaikan, focus group discussion ini sebagai upaya untuk mendapatkan
dasar-dasar atau perangkat yang diperlukan dalam pembelajaran muatan lokal.
Pembelajaran muatan lokal ini tentunya banyak hal, baik terkait dengan lagu
daerah, bahasa, permainan, tari-tarian dan hal lainnya.
Muatan lokal menurut Fatur, sangat penting
diwariskan melalui jalur pendidikan sehingga menjadi penguat bagi generasi
penerus. Hal ini juga supaya di tengah perkembangan teknologi, generasi muda
tidak melupakan budayanya sendiri.
"Pembelajaran muatan lokal ini sangat
penting supaya identitas suatu daerah itu tetap dipelihara, sehingga generasi
kita tidak hanya tahu memegang gadget, tapi lupa akan budayanya," ujarnya.
Diharapkan seluruh sekolah di Mimika bisa
mengintegrasikan pembelajaran dengan kearifan lokal, khususnya budaya Amungme
dan Kamoro.
"Dalam kegiatan ini kita juga membahas
dan merancang Perbupnya supaya menjadi payung hukum," katanya.
Penulis: Acik
Editor: Jimmy