SALAM PAPUA (TIMIKA) - Patris Palolo yang berdomisili di lorong Kelimutu, Kelurahan Kwamki, Kabupaten Mimika, mengaku tidak setuju dengan putusan Pemkab Mimika melalui Dinas terkait yang menutup sementara putaran kapsul di jalan Cenderawasih, tepatnya di depan Kantor Disdukcapil atau depan Hotel Emerald. Meski hanya untuk sementara waktu, putaran kapsul tersebut harusnya tidak ditutup, karena sangat mempersulit masyarakat yang berdomisili di jalan Kelimutu hingga jalan C Heatubun.

"Saya kerja di wilayah Kuala Kencana terus kalau mau pergi kerja malam harus putar di depan kencana market, itu sangat jauh. Kalau sudah malam, tidak mungkin lewat jalan belakang tembusan KPPN karena sangat rawan," ungkapnya kepada salampapua.com, Kamis (14/3/2024).

Menurut Patris, rekayasa jalan harusnya berpihak kepada masyarakat dan melalui survei atau  didahului dengan sosialisasi. Kompleks Kelimutu merupakan kompleks padat penduduk dengan aktivitas tinggi sehingga harus diberi akses khusus. Hal kecil yang saat ini diperhitungkan masyarakat ialah borosnya bensin dan kecepatan akses.

"Bila perlu putaran kapsul jalan Cenderawasih itu dibuka pas ke lorong Kelimutu, karena itu jalur ramai tembusan terminal baru Bandara Mozes Kilangin. Bukan hanya saya yang keluhkan persoalan ini tapi banyak warga Kelimutu yang tidak setuju putaran kapsul depan Dukcapil itu dipalang atau ditutup," katanya.

Menurut dia, pemerintah atau Satlantas jangan salahkan masyarakat yang keluar dari Ramayana dan nekad melintas di atas trotoar untuk menyebrang di putaran tersebut ke arah SP2. Hal itu harus dipahami karena masyarakat yang hendak ke SP2 merasa jauh kalau harus belok ke putaran kapsul di depan Kencana Market.

"Apa gunanya visi Pemerintah yang mempermudah layanan kepada masyarakat kalau kemudian hal seperti itu dibuat untuk mempersulit masyarakat?" tegasnya.

Hal yang sama juga disampaikan warga Kelimutu lainnya. Warga berharap agar Pemkab membuka putaran kaspul di depan lorong masuk jalan Kelimutu supaya kendaraan dari arah Diana ke jalan C Heatubun dapat langsung masuk ke Kelimutu, demikian pun sebaliknya.

"Sebagai warga saya merasa rugi sekali. Saya mengajar di SP4, kalau pulang harus belok ke bundaran Petrosea. Kalau ada kegiatan malam saya takut melalui jalan C Heatubun, karena banyak orang mabuk. Jadi saya juga usulkan supaya putaran kapsul itu ada di depan lorong Kelimutu," ujar guru di salah satu SMP Swasta ini.

Penulis: Acik

Editor: Jimmy