SALAM PAPUA (EDITORIAL) – Perlu diberi apresiasi buat
program kampung ke kota Bupati Mimika Johannes Rettob. Selain sebagai langkah
tepat dan terstruktur dalam mewujudkan Visi-Misi Bupati dan Wakil Bupati Mimika
Periode 2025-2030, juga menjadi langkah pasti untuk merepresentasikan program
Asta Cita Presiden Prabowo Subianto serta program kerja Gubernur dan Wakil
Gubernur Papua Tengah Meki Fritz Nawipa dan Deinas Geley.
Seperti yang diberitakan salampapua.com edisi Selasa
(22/4/2025) bertajuk Bupati Mimika: Pusat Ekonomi akan Dibangun di Kampung-Kampung
Untuk Mendorong Pertumbuhan Ekonomi Lokal, pada pembukaan Musrenbang RKPD
Mimika Tahun 2026, Bupati Mimika Johannes Rettob,S.Sos,M.M dalam sambutannya mengungkapkan
bahwa Pemkab Mimika berkomitmen untuk mendorong pertumbuhan ekonomi berbasis
kampung.
Saat itu, Bupati Mimika yang akrab disapa John Rettob ini
mengatakan, Kabupaten Mimika memiliki potensi ekonomi lokal yang melimpah,
khususnya sumber daya alamnya, terutama di wilayah kampung pesisir dan
pegunungan. Bahkan Bupati John Rettob mencontohkan tentang potensi komoditas
kopi di Kampung Hoeya.
Dalam hal ini, Pemkab Mimika akan membangun pabrik kopi di
Hoeya, supaya masyarakat setempat dapat langsung mengelola sendiri dan
memasarkan hasil produknya dari kampung, sehingga perputaran ekonomi pun dapat
dirasakan langsung oleh masyarakat di tingkat kampung.
Ini bukan saja inovasi program dan pemikiran yang luar biasa,
tapi juga menjadi jawaban atas keluhan masyarakat orang asli Papua (OAP) di
Kabupaten Mimika yang dominan merasa kurang diperhatikan dan diberdayakan oleh
pemerintah. Saatnya masyarakat OAP di Kabupaten Mimika berkiprah.
Teringat Visi Bupati dan Wakil Bupati Mimika saat Pilkada
Mimika tahun 2024 tentang Menuju “Gerbang Emas” Mimika sebagai akronim dari
Menuju Gerakan Kebangkitan Ekonomi Masyarakat Mimika. Sepertinya, melalui
pernyataannya pada Musrenbang RKPD itu, Bupati Mimika John Rettob langsung
tancap gas untuk merealisasikan Visi tersebut.
Memang tidak dapat dipungkiri, jika dilihat secara kasat
mata tentang selayang pandang Kabupaten Mimika saat ini, nampak betul bahwa pertumbuhan
ekonomi masyarakat masih terpusat di kota Timika.
Apalagi jika melihat bangunan-bangunan kantor beberapa OPD yang
begitu megah dan mewah di bangun di dalam kota, bagaikan anak ayam terpisah dari
induknya, keluar dari kompleks Pusat Pemerintahan Kabupaten Mimika. Dan juga, di
dalam kota, mulai banyak dibangun hotel-hotel, pusat-pusat hiburan dan
perbelanjaan (mall) masyarakat, serta kedai-kedai kopi, yang notabene OAP asal
Mimika yakni Amungme, Kamoro (Mimika Wee) dan 5 suku kerabat, kurang bahkan
mungkin tidak ada sebagai pemilik usahanya (pengusahanya).
Namun yang perlu menjadi perhatian utama Pemkab Mimika dalam
mewujudkan program pertumbuhan ekonomi dari kampung ini adalah tentang kesiapan
sumber daya manusia (SDM) dan sekaligus komitmen kepala-kepala OPD teknis dalam
mendukung program tersebut.
Terkait kesiapan SDM OAP di Mimika, bukan tidak ada, tapi
saat ini relatif masih kurang terlihat yang memiliki kompetensi yang cukup sebagai
pelaku ekonomi di kampung, termasuk juga di kota Timika.
Dalam hal ini, proses pendidikan menjadi faktor yang sangat
penting dalam menyiapkan potensi-potensi OAP untuk maksud tersebut. Di mana
sekolah-sekolah tingkat dasar dan menengah di kampung seputaran Kabupaten
Mimika masih kurang mendapat perhatian khusus oleh Pemkab Mimika. Tenaga-tenaga
pendidik juga masih minim yang mau lama-lama berada di kampung.
Di samping itu, Perguruan Tinggi-Perguruan Tinggi Swasta
(PTS) di kota Timika juga seakan terlepas dari perhatian Pemkab Mimika,
termasuk juga oleh perhatian perusahaan raksasa berskala internasional yakni PT
Freeport Indonesia (PTFI) yang menapakkan kakinya di Tanah Amungsa Bumi Kamoro
(sebutan lain dari Kabupaten Mimika), seakan menutup mata pada peningkatan Pendidikan
Tinggi di ring 1 area operasinya karena kerjasamanya lebih terfokus ke
Perguruan Tinggi-Perguruan Tinggi di luar Kabupaten Mimika. Termasuk juga,
Yayasan Pemberdayaan Masyarakat Amungme dan Kamoro (YPMAK) yang mengelola dana
1% PTFI yang salah satu pengelolaan dananya di bidang pendidikan, yakni pemberian
beasiswa, lebih dominan memberikan beasiswa kepada mahasiswa-mahasiswa OAP untuk
melanjutkan studi di luar Kabupaten Mimika.
Selain itu, budaya pendidikan di Kabupaten Mimika, khususnya
di tingkat dasar dan menengah, juga perlu menjadi sorotan. Sebab masih banyak
siswa yang jarang masuk sekolah, kurang mau memenuhi tuntutan-tuntutan proses
pembelajaran seperti mengerjakan tugas (PR) dan sebagainya, serta kurang melakukan
peningkatan pendidikan secara mandiri dengan tekun dan disiplin seperti kesukaan
membaca dan proses peningkatan-peningkatan potensi lainnya.
Sementara itu, budaya pendidikan di tingkat perguruan tinggi
di Kabupaten Mimika, juga masih banyak mahasiswa yang jarang kuliah, baik
karena kemalasan mahasiswa itu sendiri maupun karena terganjal masalah ekonomi lantaran
tidak mampu membiayai iuran pendidikan (SPP). Tingkat kesukaan membaca mahasiswa
juga masih rendah. Ada juga budaya pendidikan instan yang mulai menggerogoti
beberapa masyarakat di Mimika yang hanya mengejar gelar tanpa melalui proses
pendidikan secara ketat sesuai aturan akademis yang berlaku. Mereka menganggap
gelar adalah suatu kebanggaan tersendiri. Padahal, walaupun memang gelar akademik
itu penting, namun yang paling penting adalah penguasaan dan keandalan kompetensi
yang dimiliki. Sungguh sangat memalukan jika memiliki gelar akademik, namun dilihat
dari cara berpikir dan berbicaranya tidak menunjukkan kesesuaian dengan gelar
yang dimilikinya.
Mirisnya fakta pendidikan di Kabupaten Mimika ini harus
menjadi fokus Pemkab Mimika, yang salah satu solusinya dapat dilakukan secara
komprehensif dari hulu ke hilir, yakni peningkatan budaya pendidikan di sekolah
dan di perguruan tinggi serta pemahaman budaya pendidikan di keluarga. Perlu dilakukan
peningkatan kompetensi serta komitmen guru dan dosen, termasuk kesejahteraannya,
dan juga melakukan seminar-seminar di tataran keluarga siswa dan mahasiswa
untuk menumbuhkembangkan niat orang tua/wali dalam mendukung proses pendidikan
anaknya, baik di tingkat sekolah dasar dan menengah, maupun di tingkat
perguruan tinggi.
Kemudian terkait komitmen kepala-kepala OPD Teknis juga
harus menjadi fokus perhatian. Karena belajar dari pengalaman pemerintahan
Kabupaten Mimika sebelum-sebelumnya, ada beberapa kepala OPD Teknis yang
melakukan akrobatik penentuan program sendiri tanpa berkesusaian dengan visi-misi
dan program kerja induk pimpinan daerah. Alhasil, di akhir pemerintahan
pimpinan daerah, capaian kinerja visi-misi dan program kerja induknya tidak
maksimal.
Dalam hal ini, penegasan Bupati John Rettob yang akan
melakukan rolling jabatan 3 kali dalam 3 bulan di awal atau pada 100 hari
pertama pemerintahannya, seperti diberitakan salampapua.com, pada Senin
(14/4/2025), memang adalah sebuah keniscayaan.
Sebab, pada umumnya seorang pemimpin akan bekerja dengan tim
kerja yang sehati, sejalan, searah, sepemikiran, dan mendukung program-program
kerjanya. Apalagi Bupati John Rettob mengungkapkan bahwa rolling jabatan itu
dilakukan dalam upaya untuk menyegarkan roda pemerintahan serta memastikan
kinerja birokrasi yang lebih optimal dan profesional. Bupati John Rettob pun
melakukan rolling jabatan ini bukan mengesampingkan aturan, tapi dirinya tetap
patuh aturan dengan melalui prosedur mendapat izin Mendagri, karena
kepemimpinannya masih masuk dalam limitasi 6 bulan kerja. Masyarakat Mimika
menunggu hal ini.
Bagi Kepala-Kepala OPD yang terpilih nantinya, perlu
mempelajari dan memahami visi-misi dan program kerja Bupati dan Wakil Bupati Mimika
Periode 2025-2030, yang kemudian diejawantahkan dalam program-program OPD yang
dipimpimnya, agar roda pemerintahan dapat berjalan secara baik dan dapat
menyentuh langsung kebutuhan masyarakat.
Semoga program pertumbuhan ekonomi berbasis kampung ini
dapat segera terwujud agar seluruh masyarakat, baik OAP maupun non OAP di
Kabupaten Mimika, menjadi masyarakat yang sejahtera serta sekaligus dapat
menciptakan peradaban yang siap menatap masa depan yang gemilang. Salam!
Penulis: Jimmy