SALAM PAPUA (TIMIKA)- Tifa adalah salah satu alat musik tradisional yang paling dikenal dari Papua dan Maluku. Alat musik ini berbentuk seperti tabung panjang dengan satu sisi tertutup menggunakan kulit hewan, biasanya kulit rusa, yang dikencangkan untuk menghasilkan suara khas. Tifa tidak hanya berfungsi sebagai alat hiburan, tetapi juga memiliki nilai budaya, sosial, dan spiritual yang mendalam bagi masyarakat Papua.

Bentuk dan Cara Membuat Tifa

Secara umum, tifa dibuat dari kayu ringan namun kuat seperti kayu linggua atau kayu merbau. Proses pembuatan tifa sangat teliti: batang kayu dilubangi dari tengahnya hingga membentuk tabung, lalu satu ujungnya ditutup dengan kulit hewan yang sudah dikeringkan. Kulit ini direntangkan sedemikian rupa sehingga menghasilkan nada yang nyaring dan resonan saat dipukul.

Beberapa tifa dihias dengan ukiran-ukiran etnik khas Papua, yang menggambarkan identitas suku atau menceritakan kisah leluhur.

Ada berbagai jenis tifa di Papua, seperti: Tifa Jekir (dari daerah Sentani), Tifa Bas (lebih besar dan menghasilkan suara bass) dan Tifa Totobuang (sering dimainkan bersama alat musik pukul lainnya).

Asal Usul dan Makna Budaya

Asal usul tifa berkaitan erat dengan kebudayaan Austronesia yang membawa pengaruh ke kawasan timur Indonesia ribuan tahun lalu. Alat musik serupa juga ditemukan di Maluku, menandakan adanya hubungan sejarah dan budaya yang panjang antar pulau.

Dalam masyarakat Papua, tifa memiliki makna penting: Sebagai alat komunikasi: Dahulu, tifa digunakan untuk menyampaikan pesan jarak jauh, misalnya mengumumkan pertemuan adat, perang, atau perayaan.

Sebagai pengiring upacara adat: Tifa mengiringi tarian-tarian tradisional seperti Tari Perang, Tari Yamko Rambe Yamko, dan tarian penyambutan tamu.

Sebagai simbol kekuatan dan persatuan: Bunyi tifa menyatukan gerakan dan semangat komunitas dalam berbagai acara adat dan religius.

Dalam berbagai suku Papua, tifa dianggap memiliki kekuatan spiritual. Di beberapa tempat, pembuatan dan penggunaan tifa disertai ritual khusus untuk "memberi roh" pada alat musik ini.

Tifa di Era Modern

Saat ini, tifa tetap eksis dan bahkan semakin diperkenalkan ke dunia luas melalui festival budaya, pertunjukan seni, hingga diplomasi budaya internasional. Banyak musisi muda Papua menggabungkan tifa dengan alat musik modern, menciptakan genre musik baru yang tetap menghormati akar budaya mereka.

Pemerintah daerah, sekolah, dan komunitas seni di Papua juga aktif melestarikan penggunaan tifa melalui pendidikan budaya dan lomba-lomba seni tradisional.

Perbedaan Tifa Papua dan Tifa Maluku

Walaupun sekilas tampak mirip, tifa dari Papua dan tifa dari Maluku memiliki beberapa perbedaan penting dalam bentuk, bahan, cara bermain, fungsi, suara, dan makna budaya.

Tifa Papua biasanya berbentuk lebih sederhana dan polos, meskipun sering dihias dengan ukiran motif suku seperti ukiran Asmat. Sementara itu, tifa Maluku cenderung lebih ramping dan kadang berbentuk menyerupai jam pasir, dengan hiasan ukiran khas Maluku yang menampilkan motif flora dan fauna. Dari segi bahan, tifa Papua umumnya dibuat dari kayu keras lokal seperti kayu linggua dan menggunakan kulit rusa sebagai membrannya. Di sisi lain, tifa Maluku juga menggunakan kayu lokal, namun kulit yang dipakai bisa berasal dari kambing maupun rusa.

Dalam hal teknik permainan, tifa Papua dipukul langsung menggunakan tangan dan biasanya dimainkan sambil menari atau bergerak. Berbeda dengan itu, tifa Maluku selain dipukul dengan tangan, sering pula dimainkan dalam formasi ansambel bersama alat musik lain. Fungsi utama kedua tifa ini juga berbeda: di Papua, tifa digunakan untuk mengiringi tarian perang, ritual adat, komunikasi tradisional, dan acara keagamaan, sementara di Maluku, tifa lebih sering dipakai untuk mengiringi tarian, upacara gerejawi (Kristiani), dan festival budaya.

Perbedaan lainnya terletak pada karakter suara. Tifa Papua menghasilkan suara yang lebih berat dan dalam, sesuai untuk mengiringi tarian perang yang keras dan penuh semangat. Sebaliknya, suara tifa Maluku terdengar lebih ringan dan variatif, serta sering dipadukan dengan alat musik lain seperti totobuang (gong kecil). Dari sisi makna budaya, tifa Papua dianggap sangat sakral karena berkaitan erat dengan kekuatan spiritual dan roh leluhur, sedangkan tifa Maluku lebih terintegrasi dalam kehidupan sosial sehari-hari serta dipengaruhi oleh tradisi musik gereja. (AI)

Editor: Sianturi