SALAM PAPUA (TIMIKA) – Untuk menekan peningkatan kasus Human
Immunodeficiency Virus (HIV) di Kabupaten Mimika yang kini berada pada
peringkat kedua tertinggi di Papua Tengah, Dinas Sosial dan Dinas Kesehatan Kabupaten Mimika bekerja sama
dengan Yayasan Melati Peduli Timika menggelar Pelatihan Konselor Sebaya selama
tiga hari, 11–13 Desember, di Hotel Horison Ultima Timika. Kegiatan dimulai
Kamis (11/12/2025).
Pelatihan dibuka oleh Kabid P2P Dinas Kesehatan Mimika,
Linus Dumatubun, yang mewakili Kepala Dinas Kesehatan, Reynold Ubra. Hadir pula
Ketua Yayasan Melati Peduli Timika, Martha Pussung, bersama jajarannya, serta
para peserta yang merupakan perwakilan dari Pokja Puskesmas dan berbagai
yayasan di Timika.
Narasumber dalam pelatihan ini adalah Pdt. Sefnat JD Lobwaer
dan Pdt. Trifosa Sri Murni dari Yayasan Cenderawasih Bersatu Papua, Merauke,
Papua Selatan.
Dalam sambutan pembuka, perwakilan Yayasan Melati, Kartika
Dewi Dayoh, berharap peserta dapat memanfaatkan pelatihan tiga hari ini
seoptimal mungkin.
“Saya berharap pelatihan selama tiga hari ke depan
bermanfaat bagi kita semua. Kami selalu berkoordinasi dengan layanan dan
Dinkes, dan kebutuhan akan pelatihan konselor ini sangat mendesak,” ujarnya.
Kartika juga menekankan bahwa proses menjadi konselor
profesional membutuhkan tahapan panjang dan banyak materi yang harus dipenuhi,
namun pelatihan ini diharapkan menjadi langkah awal yang dapat langsung
diterapkan di lapangan.
“Ini bukan hanya berguna bagi kami, tetapi juga bagi para
pendukung sebaya di layanan. Selama tiga hari kita berproses agar ilmunya
benar-benar bisa digunakan,” tambahnya.
Sementara itu, Linus Dumatubun menjelaskan bahwa tingginya
angka HIV di Mimika tertinggi kedua di Papua sesudah Nabire, mengharuskan
adanya strategi penanganan yang lebih holistik, termasuk penguatan peran
konselor sebaya sebagai penggerak di lapangan.
“Walaupun pelatihan konselor profesional membutuhkan waktu
panjang, kami di Dinas Kesehatan akan berupaya mencari solusi agar pelatihannya
dapat dilaksanakan di tahun depan,” ungkapnya.
Ia juga menegaskan pentingnya komunikasi dan kolaborasi antara konselor sebaya dan Dinas Kesehatan.
“Kami berharap setiap kegiatan konselor sebaya nantinya
dapat dikoordinasikan dengan Dinas Kesehatan agar tidak terjadi salah paham dan
penanganan HIV di Mimika bisa berjalan lebih efektif,” jelasnya.
Narasumber, Pdt. Sefnat, menambahkan bahwa pelatihan
konselor profesional memiliki prosedur ketat, berlangsung selama tujuh hari,
dan sertifikatnya diterbitkan oleh Balai Latihan. Modul pelatihan tersebut
telah digunakan di Jawa Barat dan Kota Jayapura.
“Saya berharap selama tiga hari ini, konselor sebaya dapat
memperoleh manfaat sebesar-besarnya untuk mendampingi orang dengan HIV,
khususnya pada tiga area krusial di Papua,” tutupnya.
Sementara itu, pada sesi pertama narasumber Pdt Sefnat menjelaskan
materi tentang konseling mulai dari pengertian, tahapan, tujuan hingga semua
hal terkait konseling yang diharapkan dapat dipahami para peserta pada petugas layanan.
Para peserta juga aktif bertanya di sela-sela pemaparan materi, sehingga komunikasi
dua arah berjalan dengan baik.
Penulis/Editor: Sianturi

