SALAM PAPUA (TIMIKA) – Warga mempertanyakan penambahan
median jalan untuk menutup jalur berbalik arah di jalan Yos Sudarso Timika,
tepatnya di sekitaran gang jalan Samratulangi.
Salah satu warga di Jalan Samratulangi Timika, Moses Beteyop
mempertanyakan penututupan median jalan di Jalan Yosudarso tersebut, karena
berdampak pada penumpukan kendaraan di depan gang Jalan Kondro.
“Jalan ini apakah ditutup permanen? Kami putar jauh sekali
kalau ditutup,” ujarnya kepada salampapua.com, Selasa (14/11/2023).
Dia berharap ada kajian kembali dari Dinas Perhubungan terkait
penutupan jalur balik arah tersebut. Menurutnya seharusnya ada sosialisasi
kepada warga terlebih dulu, sebelum adanya penutupan jalan, sehingga masyarakat
dapat memahami maksud tindakan penutupan jalan dimaksud.
“Sebaiknya dikaji ulang, kami bingung tiba-tiba ada
penutupan. Kalau memang ada penjelasannya ya kami paham,” ungkapnya.
Warga lainnya yang berjualan di sekitaran jalur balik arah
yang ditutup tersebut, bernama Putra mengungkapkan, sejak ditutupnya jalur
tersebut, sudah terjadi 2 kali motor menabrak mobil.
Dia menyayangkan rambu-rambu lalulintas balik arah yang
masih terpasang pada jalur yang ditutup tersebut.
“Kemarin dua kali tabrakan, karena kendaraan menumpuk juga
jadi motor salip-salipan sehingga terjadinya tabrakan. Yang saya herankan juga rambu-rambu
berbalik arah itu masih terpasang?” tuturnya.
Sementara itu, salah satu warga yang berdomisili di sekitar penutupan
jalur tersebut, yang tidak bersedia namanya dipublish, mengatakan bahwa Dinas
Perhubungan Mimika saat membuat suatu kebijakan seperti halnya terkait pemasangan
median jalan atau penutupan jalur lalulintas, dilakukan secara serampangan.
Untuk itu Dia pun meminta DPRD Mimika yang salah satu Tupoksinya
yakni fungsi pengawasan atas kebijakan Pemkab Mimika, untuk meninjau dan
mngevaluasi khususnya Dinas Perhubungan yang membuat kebijakan tanpa dasar yang
jelas dan juga tidak disosialisasikan dengan merata kepada masyarakat sebelum
melaksanakan kebijakan tersebut.
“Dinas Perhubungan, seperti halnya dalam konteks penutupan
jalur atau pemasangan median jalan, kelihatan begitu arogan. Memberlakukan sebuah
kebijakan secara serampangan, karena tanpa ada naskah akademik sebagai bentuk
analisis untuk sebuah kebijakan tersebut. Selain itu, sebuah kebijakan harusnya
disosialisasikan dulu baru kemudian direalisasikan, tapi untuk penutupan jalur ini
dilakukan tiba-tiba, seperti kelihatan arogan. Lihat saja contohnya untuk median jalan yang dipasang di depan Diana Budi Utomo, karena seperti tidak ada naskah akademik untuk analisis yang jelas, sekarang kan dicabut lagi median jalannya. Saya berharap DPRD evaluasi
Dinas ini,” ujarnya.
Wartawan: Evita
Editor: Jimmy