SALAM PAPUA (TIMIKA) - Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Mimika melalui Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang (PUPR) dan Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Mimika bersama PT Freeport Indonesia (PTFI) meninjau kawasan rawan bencana tanah longsor di Kampung Banti, Distrik Tembagapura.

Peninjauan tersebut dilakukan pada tanggal 5 Juni 2024, dan merupakan kunjungan kedua Organisasi Perangkat Daerah (OPD) tersebut difasilitasi oleh PT Freeport Indonesia (PTFI).

Kepala PUPR Kabupaten Mimika, Dominggus Robert Mayaut mengatakan, kunjungan ini dilakukan usai menindaklanjuti perintah Bupati Mimika, yang memerintahkan PUPR bersama BPBD untuk mengecek lokasi longsor.

“Jadi kita ke sana mengidentifikasi apa saja yang harus dilakukan usai longsor pada 4 Mei lalu, kemudian kita lihat apa yang perlu diperbaiki agar mengantisipasi hal itu tidak terulang kembali,” kata Kepala Dinas PUPR Kabupaten Mimika Dominggus Robert Mayaut, Sabtu (6/7/2024).

Dominggus mengatakan, setelah meninjau kawasan rawan longsor di Kampung Banti, pihaknya melihat PTFI telah melakukan upaya antisipasi dan pencegahan sementara. Selanjutnya Pemkab akan melakukan langkah pencegahan tanah longsor termasuk memberikan sosialisasi kepada masyarakat.

“Kita lihat perlu adanya normalisasi di sungai, namun memang perlu sosialisasi kepada masyarakat yang ada di jalur sungai tersebut. Kita tidak bisa lakukan normalisasi apabila ada aktifitas di sana,” jelas Dominggus.

Sementara itu, Plt Kepala BPBD Kabupaten Mimika, Moses Yarangga mengatakan bahwa kunjungan ini juga bertujuan untuk memberikan sosialisasi mengenai bahaya longsor kepada masyarakat setempat.

"Situasi dan kondisi di areal Banti sangat terjal, sehingga ketika hujan turun, longsor mudah terjadi. BPBD bertugas memberikan informasi lebih awal, sosialisasi, dan mitigasi sebelum bencana terjadi," ujar Moses.

Moses menjelaskan, sosialisasi dilakukan untuk melindungi masyarakat, baik penduduk asli Banti maupun masyarakat non-Papua yang beraktivitas di area tersebut dari potensi bencana.

"Kami khawatir longsor dapat terjadi kapan saja, terutama karena curah hujan yang tinggi sejak Mei hingga Juni," kata Moses.

Sosialisasi antara lain tentang bagaimana masyarakat dapat melakukan mitigasi bencana longsor. Selain itu, rencananya dua petugas akan ditempatkan di wilayah tersebut, untuk membantu monitoring dan mitigasi, termasuk pemasangan rambu-rambu bahaya longsor di lokasi.

"Berdasarkan presentasi tim ahli PT Freeport, terdapat tujuh titik rawan longsor di sekitar wilayah Banti yang memerlukan sosialisasi," ungkap Moses.

Sedangkan Direktur & EVP Sustainable Development & Community Relations PTFI, Claus Wamafma mengatakan aspek keselamatan masyarakat Kampung Banti sangat penting agar mereka dapat beraktifitas dengan tenang.

PTFI sebagai mitra Pemda Mimika, memberikan dukungan berupa analisis pemetaan kerentanan longsor di area Kampung Banti. Hasil analisis tersebut disampaikan PTFI kepada Pemda Mimika sebagai salah satu masukan dalam kesiapsiagaan menghadapi bencana.

 "Kami melihat dari peta geologi, kemiringan lereng, serta curah hujan. Hasilnya, diperoleh kesimpulan bahwa wilayah tersebut sangat rentan mengalami bencana tanah longsor di beberapa titik,” ujar Claus

Ia menambahkan, setelah kunjungan dan peninjauan lokasi, hasilnya akan dilaporkan kepada Plt Bupati Mimika, Johannes Rettob, untuk menentukan langkah selanjutnya yang akan diambil oleh Pemkab Mimika bersama pihak terkait.

Penulis: Evita

Editor: Sianturi