SALAM PAPUA (TIMIKA) - PT Freeport Indonesia (PTFI) terus menunjukkan komitmen dalam memajukan sumber daya manusia (SDM) di Papua, dimana salah satunya dengan mengajak anak-anak SD dan SMP di Timika mencintai dunia literasi sejak dini melalui kegiatan ‘Sampari ke Sekolah, Giat Dongeng Kearifan Lokal’ di Sekolah Asrama Taruna Papua (SATP).

"Kegiatan berbasis edukasi adalah salah satu langkah keberlanjutan PTFI dalam mendukung pengembangan kapasitas generasi muda di Papua. Menanamkan semangat literasi sejak dini merupakan investasi jangka panjang yang bertujuan menciptakan generasi Papua Cerdas, Papua Sehat dan Papua Mandiri menuju visi Indonesia Emas," ujar Senior Vice President Community Development PTFI Nathan Kum saat membuka acara Giat Dongeng Kearifan Lokal di Sekolah Asrama Taruna Papua (SATP), Timika, Kabupaten Mimika, Rabu (11/9/2024).

Nathan Kum menambahkan, literasi dan pembangunan berkelanjutan saling berkaitan. ‘Sampari ke Sekolah’ yang didukung oleh PTFI bersama para mitra perusahaan, adalah salah satu upaya pencapaian Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (TPB/SDGs) Tujuan 4-Pendidikan Berkualitas, selaras dengan Rencana Pembangunan Nasional.

Sebanyak 110 siswa SD dan SMP dari SATP dan 19 SMP yang ada di Timika mengikuti kegiatan “Sampari ke Sekolah”. Bersama Penulis buku “Sampari si Cenderawasih” Michael Jakaramilena, anak-anak menyimak dongeng edukasi tentang keberadaan Sampari bagi ekosistem, filosofi Sampari bagi masyarakat Papua, dan mengajak anak-anak terlibat dalam pelestarian Sampari maupun flora dan fauna asli Papua lainnya, serta menyanyi bersama.

“Sebagai putra daerah Papua, saya tertantang untuk berkontribusi kepada generasi muda di Papua. Dalam kunjungan ini saya melihat antusias dan inisiatif belajar anak-anak yang luar biasa. Mereka menyimak dongeng, menulis cerita, dan bermain bersama dengan gembira. Melalui Sampari ke Sekolah, kami berharap proses menanamkan literasi sejak dini bisa dilakukan dengan cara yang menyenangkan,” kata Michael.

Tokoh utama dalam buku ini adalah burung Cenderawasih merah, bernama ‘Sampari’. Michael menulis buku tentang “Sampari si Cenderawasih” bersama Floranesia Lantang agar anak-anak Papua mengenal dan melestarikan satwa Papua sekaligus mengajarkan kepada anak-anak untuk mencintai alam dan lingkungan Papua. Terdapat 12 jenis cenderawasih yang menjadi karakter dalam buku setebal 32 halaman ini.

“Inspirasi menulis buku Sampari si Cenderawasih datang secara tak terduga saat saya sedang mendongeng untuk anak. Di tengah cerita, saya merasa ada yang kurang, anak saya perlu mengenal alam dan budaya saya (Papua) lewat dongeng. Dari sinilah, lahir ide untuk menulis tentang Cenderawasih, sehingga anak saya dan anak-anak lain dapat belajar warisan alam dan identitas sebagai orang Papua,” kata Miki.

Sementara Kepala Sekolah SATP, Johana M.M Tnunay mengatakan, kegiatan “Sampari ke Sekolah” ini sangat bermanfaat bagi anak-anak terutama dalam meningkatkan kemampuan menulis, bercerita, dan menganalisa.

“Kehadiran Miki juga menjadi role model dan inspirasi bagi anakanak bahwa mereka juga bisa berprestasi dan berkontribusi untuk Papua,” katanya.

SATP berstatus sekolah Akreditasi A (unggul), adalah sekolah berbasis asrama untuk 1.219 pelajar SD dan SMP suku Amungme dan Kamoro, serta lima suku kekerabatan lainnya di wilayah sekitar area operasional PTFI. SATP dibangun oleh Yayasan Pemberdayaan Masyarakat Amungme dan Kamoro (YPMAK), yang dikelola oleh Yayasan Pendidikan Lokon (YPL) Perwakilan Timika, melalui dana kemitraan PTFI.

Editor: Jimmy