SALAM PAPUA (TIMIKA)- Digigit kucing tidak boleh disepelekan, terlebih jika digigit oleh kucing liar atau jika lukanya dalam. Ini karena gigitan hewan, seperti kucing, bisa berisiko menyebabkan infeksi yang berbahaya. Jika dibiarkan tanpa perawatan yang tepat, gigitan kucing berisiko menimbulkan komplikasi yang yang lebih serius.

Kucing dikenal sebagai hewan yang lucu dan memiliki tingkah laku yang sangat menggemaskan. Hal ini membuat banyak orang senang bermain dan berinteraksi dengannya. Meski umumnya ramah, kucing terkadang dapat menggigit dan melukai Anda ketika merasa takut, stres, atau terancam. Luka karena digigit kucing perlu ditangani agar tidak menimbulkan infeksi atau komplikasi lain.

Digigit Kucing dan Bahayanya

Gigitan kucing, khususnya kucing liar atau yang kotor, perlu mendapat perhatian serius karena mulut kucing mengandung banyak kuman dan virus yang berbahaya. Gigitan ini bisa menyebabkan Anda rentan mengalami penyakit tertentu, terutama jika Anda digigit oleh kucing dengan riwayat penyakit dan vaksinasi yang tidak diketahui.

Sementara itu, meski relatif lebih aman, gigitan kucing peliharaan di rumah yang sudah divaksin juga perlu mendapat perawatan yang tepat. Pasalnya, luka bekas gigitan kucing dapat menjadi jalan masuk bakteri, virus, atau kotoran, yang pada akhirnya bisa menyebabkan infeksi. 

Berikut ini adalah beberapa kondisi dan penyakit yang dapat terjadi akibat digigit kucing:

1. Infeksi Pasteurella multocida

Pasteurella multocida adalah bakteri yang banyak ditemukan di mulut kucing. Bakteri ini dapat menyebar melalui gigitan, jilatan, atau cakaran kucing. Biasanya, infeksi kuman ini bisa muncul di area kulit bekas gigitan, cakaran, atau luka yang terkena jilatan kucing. 

Namun, dalam situasi tertentu, infeksi dapat menyebar ke organ lain di tubuh dan menyebabkan infeksi yang parah, misalnya sepsis. Kondisi ini umumnya lebih berisiko terjadi pada orang dengan sistem imun yang lemah.

2. Cat scratch disease

Cat scratch disease atau demam cakaran kucing adalah infeksi yang disebabkan oleh bakteri Bartonella henselae. Meski dinamakan demam cakaran kucing, infeksi ini juga dapat menyebar melalui gigitan dan jilatan kucing. Penyakit ini umumnya lebih berisiko terjadi akibat digigit kucing yang berusia kurang dari 1 tahun, kucing liar, atau kucing yang dihinggapi kutu.

Cat scratch disease dapat menimbulkan beberapa gejala, seperti bengkak di kulit, ruam, pembengkakan kelenjar getah bening, demam, nyeri otot, kehilangan nafsu makan, dan kelelahan. Selain itu, infeksi ini dapat menyebabkan komplikasi serius pada orang dengan daya tahan tubuh lemah.

3. Penyakit rabies

Rabies adalah salah satu penyakit berbahaya yang hampir selalu berakibat fatal jika tidak diobati. Penyakit ini disebabkan oleh virus rabies yang disebarkan oleh hewan mamalia, seperti kucing, kera, dan anjing. 

Virus ini sangat berbahaya karena dapat menyerang otak dan sistem saraf tubuh. Rabies juga tidak bisa diobati dan sering kali bisa menyebabkan kematian

Risiko penyebaran virus rabies akan sangat tinggi jika Anda digigit kucing liar yang tidak diketahui riwayat vaksinasinya. Sementara itu, kucing yang sudah diberi vaksin rabies akan memiliki risiko yang sangat kecil dalam menularkan virus tersebut. 

4. Tetanus

Selain beberapa penyakit di atas, luka akibat digigit kucing juga dapat menyebabkan tetanus jika tidak dirawat dengan baik. Tetanus adalah infeksi serius yang disebabkan oleh bakteri Clostridium tetani. Bakteri ini biasanya berada dalam keadaan tidak aktif di tanah dan kotoran hewan. 

Bakteri Clostridium tetani ini bisa saja masuk ke tubuh Anda melalui luka bekas gigitan kucing yang dibiarkan terbuka atau tidak dirawat dengan baik. Jika bakteri masuk ke dalam tubuh, Anda dapat mengalami beberapa gejala, seperti kejang, kesulitan menelan, leher dan tubuh kaku, demam, dan sulit bernapas.

Jika tidak segera ditangani dengan baik, gigitan kucing dapat menyebabkan komplikasi serius, seperti penyakit otak (ensefalopati), keracunan darah, gagal napas, dan bahkan kematian. 

Penanganan setelah Digigit Kucing

Guna mencegah terjadinya infeksi, ada beberapa langkah penanganan pertama yang dapat Anda lakukan setelah digigit kucing, yaitu:

Cuci luka gigitan dengan sabun dan air mengalir hingga luka bersih. Hentikan perdarahan dengan menekan luka secara perlahan menggunakan kain kasa atau kapas. Jika luka tidak terlalu besar dan dalam, berikan cairan antiseptik seperti povidone iodine. Dan tutup luka dengan plester atau perban steril.

Perhatikan gejala infeksi, seperti kemerahan, bengkak, nyeri, nanah pada luka, dan demam. Jika muncul tanda-tanda tersebut, sebaiknya segera kunjungi dokter untuk mendapatkan pemeriksaan dan penanganan lebih lanjut.

Jika kucing yang menggigit Anda memiliki gejala rabies, seperti perilaku agresif, tidak nafsu makan, air liur berlebih, pupil mata melebar, dan kejang, sebaiknya segera cari pertolongan medis ke puskesmas atau rumah sakit. Di sana, dokter akan melakukan pemeriksaan lebih lanjut dan memberikan vaksin antirabies (VAR) jika dibutuhkan.

Selain itu, segera laporkan kejadian ini ke dinas kesehatan atau pihak berwenang agar dapat dilakukan pemantauan dan tindakan lebih lanjut terhadap kucing yang menggigit Anda.

Jika Anda masih memiliki pertanyaan terkait bahaya digigit kucing dan penanganannya, jangan ragu untuk berkonsultasi dengan dokter secara online melalui Chat Bersama Dokter. Hal ini akan membantu Anda mendapatkan informasi yang lebih detail, sehingga terhindar dari infeksi dan komplikasi. (Alodokter)

Editor: Sianturi