Penulis: Yohanis Beanal
Mahasiswa Universitas Satya Wacana, Salatiga, Jawa Tengah, Jurusan Magister Biologi

Sungai Beano-goung adalah salah satu sungai yang terletak di wilayah Tembagapura, Kabupaten Mimika, Papua Tengah. Sungai ini mengalir melalui beberapa kampung, termasuk Beanegogom, Benggagin hingga hilir laut.

Bagi suku Amungme, Sungai Beano-goung bukan sekedar sumber air, tetapi juga memiliki nilai sakral. Sungai ini diyakini sebagai bagian dari kehidupan spiritual dan budaya mereka, yang berkaitan erat dengan alam dan leluhur. Oleh sebabnya pendakian warga negara indonesia maupun asing dilarang keras dari masyarakat melalui sungai Beano-goung karena alasan merusak keseimbangan ekosistem dan nilai-nilai sakral yang telah dijaga turun-temurun.

Dibukanya jalur pendakian dikhawatirkan dapat menggangu akar budaya tempat yang diyakini masyarakat atau warga setempat. Bukan hanya itu, masyarakat juga merasa terganggu akibat dari aktivitas pendakian sungai Beano-goung. Oleh karena itu, masyarakat menolak pendakian ini sebagai bentuk perlawanan terhadap perusakan lingkungan dan ekosida yang berdampak pada kehidupan mereka.

Pada tahun 2019, jalur pendakian menuju Puncak Carstenz sempat ditutup sementara karena kondisi jalur yang buruk dan alasan keamanan. Penutupan ini juga berkaitan dengan upaya revitalisasi jalur pendakian untuk memastikan keselamatan pendaki dan menjaga kelestarian lingkungan.

Masyarakat menyampaikan pesan kepada pendaki gunung Cartenz karena keselamatan sangat penting. Saat dilakukan pendakian dan terjadi kecelakaan pada 26 Februari 2025 lalu, maka kami masyarakat tidak bertanggung jawab. Jalur tersebut memang dilarang oleh masyarakat karena medannya berbahaya, cuaca ekstrem, dan faktor lainnya.

Setelah penutupan pada Februari 2025, pendakian Puncak Carstenz dibuka kembali dengan melibatkan masyarakat lokal dalam pengelolaan dan pemberdayaan. Langkah ini menunjukkan bahwa masyarakat adat tidak selalu menolak pendakian, tetapi mereka menginginkan keterlibatan aktif dalam pengelolaan jalur pendakian untuk memastikan penghormatan terhadap nilai-nilai budaya dan kelestarian lingkungan.

Jika jalur pendakian ke Puncak Carstenz tidak ditutup atau tidak dikelola dengan baik, ada beberapa ancaman yang dapat dialami oleh warga setempat, terutama masyarakat adat yang menghuni wilayah sekitar, seperti suku Amungme.