SALAM PAPUA (TIMIKA) – Pasca insiden terbakarnya unit
asam sulfat Smelter milik PT Freeport Indonesia (PTFI) di Gresik, Jawa Timur, pada Oktober 2024 , PTFI memastikan percepatan perbaikan fasilitas Common Gas Cleaning (CGC) Plant pada
Smelter tersebut dengan mendatangkan perlengkapan dan komponen kritikal secara
bertahap menggunakan pesawat kargo Antonov AN-124 dan Boeing 747 ke Surabaya
dan selanjutnya menempuh jalur darat menuju Gresik, Jawa Timur.
“Kami berupaya semaksimal mungkin agar proses recovery ini
berjalan efektif dan efisien agar smelter secepatnya kembali berproduksi.
Pemilihan pesawat kargo karena waktu tempuh pengiriman komponen dari luar
negeri hanya 35 jam. Ini jauh lebih cepat dibandingkan dengan kapal laut yang
memerlukan waktu sekitar 60 hari,” ujar Presiden Direktur PTFI Tony Wenas di
Jakarta, Selasa, (4/3/2025).
Tony Wenas mengatakan, proses logistik udara menjadi solusi
tepat untuk menghemat waktu berminggu-minggu dalam proses perbaikan CGC Plant.
Hal ini sangat krusial mengingat komponen tersebut mengalami kerusakan dan
harus diproduksi ulang dan tersedia dalam waktu singkat.
“Penggunaan Antonov dipilih karena beberapa komponen penting
seperti Wet Electrostatic Precipitator internals (bundel tabung) dan metal
expansion joints yang diproduksi di Jerman memiliki ukuran yang terlalu besar
untuk diangkut oleh pesawat kargo reguler, sementara pengiriman laut akan
memakan waktu sangat lama,” katanya.
PTFI menjadwalkan tiga kali pengiriman menggunakan tiga
pesawat Antonov dengan total berat kargo mencapai 75,7 ton. Pengiriman komponen
perdana dilakukan pada 6 Februari 2025, diikuti dengan pengiriman kedua pada 25
Februari 2025, dan pengiriman terakhir pada 2 Maret 2025 langsung dari
Frankfurt, Jerman, menuju Bandara Juanda, Surabaya. Waktu tempuh penerbangan
ini mencapai 35 jam. Selain pesawat kargo Antonov, PTFI juga menggunakan
pesawat Boeing 747 untuk pengiriman perdana komponen pada 29 November 2024
dengan berat total 58 ton.
Tony menambahkan, pengiriman ini adalah hasil dari sinergi
luar biasa antara tim Freeport Indonesia dan seluruh pemangku kepentingan.
“Terima kasih kepada Direktorat Jenderal Perhubungan Udara,
TNI AL dan AU, Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Bea dan Cukai Jawa Timur I,
Kantor Bea Cukai Juanda, Kantor Pengawasan dan Pelayanan Bea dan Cukai Tipe
Madya Pabean B Gresik, Pengelola Kawasan Ekonomi Khusus, Pengusaha Pengurusan
Jasa Kepabeanan, serta Otoritas Bandara Juanda,” tutupnya.
Diketahui, Smelter PTFI pasca terbakar di salah satu unitnya,
hingga saat ini belum dapat berproduksi hingga kuartal kedua tahun 2025 ini.
Editor: Jimmy