SALAM PAPUA (UTA)- Yayasan Pengembangan Masyarakat Amungme dan Kamoro (YPMAK) menggelar Kunjungan Kerja Pengurus, Monitoring dan Press Tour ke Distrik Mimika Barat Jauh selama 4 hari, Rabu hingga Sabtu (19-22 Maret 2025). Rombongan dipimpin Ketua Pengurus YPMAK, Dr Leonardus Tumuka didampingi Oktovianus Jangkup selaku Pj Kepala Divisi Perencanaan Program Ekonomi YPMAK, Frengki Wanmang selaku Deputi Wakil Ketua pengurus YPMAK Bidang Monitoring dan Evaluasi. Kunjungan berlangsung mulai Rabu sampai Sabtu (4 hari) di Potowaiburu.
Ketua Pengurus YPMAK juga didampingi Wakil ketua Pengurus Bidang Monev, Haotje Watori, Kepala Divisi Monev Program Ekonomi, Monika Maramku, Kepala Divisi Humas YPMAK Yeremias Imbiri dan Tim Devisi Humas, dan beberapa tokoh masyarakat dan tokoh pemuda Suku Kamoro, serta 11 media mitra. YPMAK adalah organisasi pengelola Dana Kemitraan PT Freeport Indonesia.
Kunjungan terakhir diadakan di Kampung Uta, Distrik Mimika Barat Tengah, Kabupaten Mimika pada Jumat siang (21/03/2025). Di Kampung Uta sendiri tidak banyak aktivitas warga yang bisa dilihat, sebab kampung ini terlihat sepi, karena para warga pada pergi mencari penghasilan baik menjadi nelayan maupun bidang lain.
Di kampung ini, rombongan YPMAK bertemu dengan Mama-mama Suku Kamoro yang selama ini sudah membuat Virgin Coconut Oil (VCO) atau minyak kelapa murni yakni Mama Theresia, Mama Sarah, Mama Sale dan Mama Angelina. Kampung ini memang salah satu penghasil kelapa yang tumbuh dengan subur dan berbuah lebat, sehingga lewat pelatihan tahun 2016, mama-mama diajarkan oleh Dinas Pemberdayaan Perempuan cara membuat minyak tersebut.
VCO sendiri merupakan minyak kelapa yang berwarna putih, diproses melalui beberapa tahapan yang harus dikerjakan dengan sabar dan teliti, sehingga sedikit demi sedikit minyak tanpa perwarna ini dipisahkan dari santan yang diperas dengan mencampurnya dengan air panas mendidikh
Ketua Pengurus YPMAK, Dr Leonardus Tumuka usai bertemu dan membeli VCO menjelaskan bahwa VCO sudah diketahui sejak tahun lalu oleh Tim YPMAK dan bahkan sudah sampai akan kerjasama dengan Badan POM untuk melakukan kajian lebih lanjut namun terhambat.
“Sebenarnya ini adalah home industry yang bagus dan masyarakat sudah bisa melakukannya sendiri. Kita perlu membantu agar bisa menghasilkan produksi yang lebih besar untuk memenuhi permintaan. Kalau sudah banyak yang mengenal manfaat dan khasiatnya, pasti permintaan akan melonjak,” ujarnya.
Dia berharap masyarakat bisa melihat ini sebagai peluang ekonomi yang bisa dihasilkan dengan tinggal di rumah, dengan memanfaatkan sumber daya alam yang ada berupa kepala yang melimpah. Dan jika bisa didorong untuk berproduksi dengan lebih besar, maka masyarakat bisa melihat bagaimana budidaya kelapa dibuat lagi dengan jumlah yang besar.
“Jika permintaan pasar ke depan lebih besar dan melonjak maka jika hanya mengandalkan cara tradisional maka akan susah. Tim kita di Divisi Ekonomi akan kita tugaskan untuk mengkaji kira-kira hal apa teknologi tepat guna yang bisa digunakan dan mudah dimanfaatkan masyarakat bahkan digunakan juga untuk menghasilan VCO yang cukup,” terangnya.
Dikatakan, ternyata khasiat minyak VCO bagus sehingga butuh bantuan BPOM untuk kajiannya demi peningkatan ekonomi rumah tangga melalui home industry. Hal ini sebagai hal baru yang perlu didukung dan menjadi atensi guna mendukung masyarakat yang sejalan dengan program-program perbedayaan ekonomi.
“Dan kami YPMAK berkomitmen masyarkat kami untuk mendukung home industry yang seperti ini,” imbuhnya.
Tim YPMAK kemudian berbincang-bincang dengan mama-mama pembuat minyak VCO dan melakukan transaksi dan ke depan berjanji akan melakukan monitoring dan pembinaan. Selanjutnya tim berangkat menuju ke Timika dengan jarak tempuh 3 jam menggunakan kapal Papua Star.
Penulis/Editor: Sianturi