SALAM PAPUA (TIMIKA) – Ratusan massa yang tergabung dalam
Front Rakyat Papua menggelar aksi unjuk rasa memperingati Hari Hak Azasi
Manusia (HAM) di Timika, Rabu (10/12/2025). Mereka mendesak pemerintah
menghentikan investasi dan praktik militerisme di seluruh wilayah West Papua.
Aksi yang dipimpin Yoki Sondegau tersebut diikuti pelajar,
mahasiswa, serta mama-mama Papua. Massa melakukan long march dari Bundaran
Timika Indah menuju Gedung DPRK Mimika di Jalan Cenderawasih. Sebelumnya, massa
sempat menduduki Bundaran Petrosea selama sekitar satu jam dengan membentangkan
spanduk dan menyampaikan orasi.
Akibat aksi tersebut, arus lalu lintas dari arah Diana Mall
menuju SP2 dan Jalan WR Soepratman, serta sebaliknya, sempat lumpuh.
“Sudah cukup. Hentikan masuknya investasi dan militerisme di
seluruh Tanah West Papua. Kami tidak mau terus-menerus ditindas. Pemerintah
harus menghentikan semua itu,” tegas Yoki Sondegau dalam orasinya di Bundaran
Petrosea.
Selain orasi lisan, massa juga menyampaikan tuntutan melalui
spanduk bertuliskan antara lain: Stop Kapitalisme, Negara segera tuntaskan
pembunuhan dan pelanggaran HAM terhadap pelajar di seluruh Tanah Papua,
Hentikan eksploitasi perusahaan di Blok Wabu, Stop kapitalisasi pendidikan,
serta Hentikan pembangunan pos militer di kampung-kampung tanpa persetujuan
pemilik ulayat. Mereka juga menegaskan, Tanah Papua bukan tanah kosong.
Pantauan Salampapua.com, sekitar pukul 12.20 WIT massa tiba
dan menduduki halaman Gedung DPRK Mimika. Dalam aksi tersebut, massa yang
membawa dan mengenakan atribut Bintang Kejora turut menyerukan “Papua Merdeka”
serta menyanyikan lagu Kami Bukan Merah Putih, Kami Adalah Bintang Kejora.
Meski diguyur hujan deras disertai angin kencang, aksi tetap berlangsung.
Massa kemudian diterima oleh Wakil Ketua I DPRK Mimika Asri
Akas bersama sejumlah anggota DPRK. Aksi ini mendapat pengamanan dari puluhan
personel gabungan Polres Mimika dan Batalyon B Pelopor yang dipimpin langsung
Kapolres Mimika AKBP Billyandha Hildiario Budiman didampingi Kabag Ops AKP
Henri Alfredo Korwa.
Penulis: Acik
Editor: Sianturi


