SALAM PAPUA (TIMIKA) - Yayasan Pemberdayaan Masyarakat Amungme-Kamoro (YPMAK) pengelola dana kemitraan PT Freeport Indonesia (PTFI), melakukan monitoring ke Sekolah Asrama Taruna Papua (SATP), Senin (17/3/2025).

Kepala Divisi Monitoring dan Evaluasi Bidang Pendidikan YPMAK, Dion Sius Burdam mengatakan, tiap tahunnya YPMAK akan melakukan monitoring kepada setiap mitra. Kali ini monitoring dilakukan di SATP untuk melihat ataupun menilai setiap perkembangan akademik, dan juga perkembangan akademik dari setiap penerima program beasiswa.

“Dengan adanya kegiatan monitoring ini kita bisa mengidentifikasi setiap kendala ataupun permasalahan yang terjadi, sehingga kita dapat mencari solusi yang akan dikembangkan dengan program-program yang dikembangkan oleh setiap program yang ada di mitra pendidikan,” ujarnya.

Ia menjelaskan, usai melakukan monitoring ia menemukan banyaknya program yang harus dikembangkan, salah satu contoh yakni Program Montessori, dimana program ini dirasa sudah sesuai dengan program yang dibutuhkan.

“Yah kami berharap Program Montessori ini dikembangkan, sehingga kolaborasi yang ada di sekolah dan asrama bisa berjalan sesuai dengan yang diharapkan,” ucapnya.

Selanjutnya Pejabat Sementara (Pjs) Kepala Divisi Pendidikan, Lambertinus Hendrikus Moyao menyebutkan, dengan adanya Program Montessori dapat menjadi pondasi bagi anak-anak dalam program pendidikan. 

“Tadi dari SATP sudah menjelaskan terkait program montessori, saya pikir program itu sudah sangat baik. Karena memang anak-anak kami yang dari pelosok pegunungan dan pesisir sangat membutuhkan pendampingan terkait perkembangan minat mereka. Jadi program ini dapat menjadi pondasi bagi mereka kedepannya,” katanya.

Sementara itu Kepala Perwakilan Yayasan Pendidikan Lokon Timika, Andreas Ndityomas mengatakan, dalam monitoring pihaknya menyediakan beberapa data mulai dari jumlah siswa, program-program yang dilaksanakan di SATP kemudian kemajuan yang dicapai oleh siswa.

Selanjutnya adapun beberapa kendala yang juga ia laporkan, seperti adanya kurikulum baru dari pemerintah yakni coding dan artificial intelligence dari Program Montessori, namun untuk kurikulum tersebut sudah diterapkan di SATP sejak 3 tahun lalu.

“Memang awalnya kurikulum itu hanya ada pada dua sampai tiga kelas, namun saat ini telah kita kembangkan. Bahkan untuk pembelajaran Bahasa Inggris, kita sudah terapkan dari kelas 3 SD, dan telah kita laporkan ke YPMAK, sehingga YPMAK dapat memastikan sudah sejauh mana program pengembangan pada anak didik di SATP,” ucapnya.

Ia pun juga mendapatkan catatan, di mana SATP diminta untuk menampilkan juga daftar prestasi anak didik selama ini, sehingga YPMAK dapat melihat capaian prestasi yang diperoleh anak-anak.

“Jadi prestasinya itu sudah ada namun memang kami belum melampirkan hal itu, jadi kedepannya itu akan kita lampirkan juga didalam laporan ke YPMAK,” pungkasnya.

Penulis: Evita

Editor: Sianturi