SALAM PAPUA (TIMIKA) – Selain Tiriec Adriano Manuri, ini dia
salah satu pemain termuda terbaik yang memperkuat Tim Waanal Brother FC (WBFC)
hingga raih juara 1 pada liga 3 Zona Papua 2023.
Pemain termuda terbaik ini
adalah Marthin Luther Pesah Rakian yang lahir di Tembagapura, 22 Maret
2005 dari pasangan Bapak Ronny Rakian dan Ibu
Amelia Wamafma.
Sebelum berkiprah
bersama tim WBFC, Marthin telah memulai
berlatih di Sekolah Sepak Bola (SSB) Mimika United (MU) saat usianya
baru 10 tahun, yaitu 2010 hingga 2018.
Di bawah asuhan para coach yang berlisensi di bidang sepak bola, Marthin sering
mengikuti event-event yang digelar di Kabupaten Mimika.
Berikut sederet turnamen yang telah diikuti Marthin yang
dihimpun Salampapua.com.
Tahun 2015 saat usia 12 tahun, Marthin bermain pada Champion
Danone Nations Cup Seri Provinsi bersama teman-temanya yang diasuh SSB MU dan
berhasil juara 1.
Tahun 2017 Marthin juga memperkuat tim SSB MU merebut juara
1 pada Turnamen Kemenpora U-14 Seri Kabupaten. Turnament Kemenpora U-14 Seri
Provinsi di Jayapura tahun 2017 dan berhasil mengharumkan nama SSB MU pada
posisi juara 3.
Seiring keseriusannya
berlatih sepak bolah bersama tim SSB MU, tahun 2019 Marthin melebarkan sayapnya
dan bergabung bersama Timnas Pelajar U-15 Kemenpora. Marthin pun tampil
mengharumkan nama Timnas Kemenpora
pada K-IFC Badung Bali Desember
2019 dan menyabet gelar juara 1.
Kemudian ikut (dipinjamkan) BONE FC
merebut piala Soeratin U15 di Jawa Barat 2019.
Tahun 2019, Marthin lolos seleksi dan bergabung bersama WBFC
Mimika yang didirikan Four Brothes (Ray, Joe, Jason, Randy Manurung). Mengingat
WBFC memilih tempat latihan jangka panjang di Bandung, maka Marthin memutuskan
pindah sekolah ke Bandung. Di usianya yang baru 14 tahun dan demi cita-cita,
Marthin harus berpisah dengan kedua orang tuanya.
Kepada Salampapua.com, Marthin mengaku bahwa menjadi
pesepakbola adalah cita-cita sejak kecil sehingga atas dukungan orang tua,
dirinya bergabung ke SSB MU. Sejak saat
itu mulai mengikuti kompetisi-kompetisi yang ada di Mimika.
"Pokonya kalau tidak salah ingat, saya masuk ke SSB
Mimika saat naik kelas IV SD,"
katanya saat dihubungi via telepon, Sabtu (23/12/2023).
Ia mengaku, bangga menjadi pemain tim WBFC, karena selain dididik
untuk bermain bola, karakter kehidupan sosialnya
dan kawan-kawan juga dibina. WBFC membentuk karakter semua pemain agar
bagaimana bisa bersikap baik kepada orang-orang di luar lapangan. Sebab,
perilaku di luar lapangan bisa terbawa atau mempengaruhi karakter sebagai
pemain saat berlaga di tengah lapangan. Ada bersama WBFC ibarat di tengah
keluarga sendiri sehingga semua pemain bisa menyatu.
"Manajemen WBFC sangat luar biasa. Managernya Bapak Ray
Manurung. Kami dididik bukan hanya soal di lapangan saja, tapi karakter kami
juga benar-benar dibentuk. Kami juga selalu diingatkan agar tetap takut akan Tuhan
dan selalu bersyukur,” ungkapnya bangga.
Rasa syukur juga lantaran di WBFC ia dan kawan-kawan dibina
oleh para coach yang merupakan legend sepak bola Indonesia, yaitu coach Rochy
Putiray dan coach Aples Tecuari. Sebab, dua coach ini sangat menekankan soal
kedisiplinan.
Demikian juga dengan coach Sahala Saragih yang selalu
mengarahkan agar selalu profesional saat di lapangan sehingga bisa
mengejar target kedepannya.
" Saya sangat senang dibina dua coach legend Indonesia.
Kedisiplinan itu yang selalu ditekankan ke semua pemain. Coach Sahala juga
sangat berkontribusi bagi kami saat di Liga 3 kemarin," ujarnya.
Untuk kedepannya demi perkembangan sepak bola, Marthin
berharap adanya dukungan Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Mimika kepada WBFC dan
club sepak bola lainnya di Timika melalui pelaksanaan event-event. Dirinya
yakin, melalui WBFC dan semua club sepak bola yang ada, bisa menemukan
pemain-pemain baru yang bertalenta di Timika.
Sedangkan untuk anak-anak Papua, khususnya yang ada di
Timika ia berpesan untuk terus mengejar cita-cita setinggi mungkin dan dengan
restu orang tua. Sebaliknya setiap orang tua harus mendukung dengan apa yang
dicita-citakan oleh anak-anaknya, baik di bidang olahraga ataupun bidang
lainnya.
"Jujur saya sangat bersyukur dan junjung tinggi
keberadaan saya saat ini bersama WBFC. Itu semua karena tekat dan jangan lupa
doa orang tua,” katanya.
Salah satu Coach yang membimbing Marthin saat di SSB MU
ialah Rinaldy Persulessy.
Coach Rinaldy mengaku, telah melihat potensi sejak mulai
membina Marthin yang saat itu masih berusia 10 tahun. Sosok Marthin memiliki
motivasi dan rasa percaya diri yang tinggi. Saat usianya 11 tahun sudah bisa
beradaptasi bermain bersama anak-anak yang usianya lebih satu atau dua tahun
diatasnya. Ia juga cepat menangkap setiap materi, strategi serta bisa bertahan
dalam penerapan disiplin di SSB MU.
"Mentalnya Marthin itu sangat kuat. Buktinya dia bisa
bertahan dengan pola yang diterapkan di SSB MU. Biasanya banyak anak-anak seumuran
Marthin cepat bosan dengan pola bimbingan yang fokus pada kedisiplinan, tapi Marthin
bisa bertahan,” tutur Rinaldy.
Hal itu yang membuat Marthin berkembang sehingga saat usia 12 tahun ia
ikut ke Liga Danone, kemudian ikut turnamen liga Kemenpora U-14 dan
menjadi salah satu pemain paling muda.
Selanjutnya setalah ikut Menpora U-14, Marthin ikuti seleksi
WBFC dan bertahan hingga sekarang.
"Percaya diri dan semangatnya sudah kelihatan saat
mulai masuk di SSB MU. Dia termasuk yang paling kecil saat itu di SSB MU, tapi
dia cepat adaptasi dengan kakak-kakaknya," katanya.
Coach Rinaldy pun bangga melihat performa Marthin di setiap
turnamen setalah bergabung di tim WBFC. Marthin mampu membawa diri dan tetap
memegang semua arahan yang dulu didapatkan di SSB Mimika.
“Memang saya tidak menonton langsung saat WBFC bermain, tapi
saya nonton di YouTube dan melihat bagaimana Marthin bisa bermain bagus,”
katanya.
Disampaikan saat dibina SSB MU, Marthin rutin ikuti latihan
bersama anak-anak lainnya dengan jadwal tiga kali dalam seminggu.
“Biasa ada tambahan jadwal latihan sesuai ketersediaan staf
pelatih," ujarnya.
Selain rutin latihan, SSB MU
juga selalu membuat event-event
sehingga latihan dan bertanding selalu
berkelanjutan.
"Kita di SSB selalu continue antar latihan dan
event-event. Itulah pembinaan yang kita lakukan, karena mereka mulai dari usia
dini, maka kita benar-benar benahi teknik-teknik dasar dan berlanjut ke skill
dan organisasi permainan. Jadi saya sangat bangga melihat Marthin bergabung ke
WBFC," tutupnya.
Penulis/Editor : Acik