SALAM PAPUA (TIMIKA) - Damiana Bukega merupakan sosok
perempuan asli Papua dari suku Mee yang
tangguh di tengah persaingan mencari rezeki di Kabupaten Mimika.
Bagi Damiana, terlahir dari suku yang merupakan suku
terbesar kedua di tanah Papua, merajut noken tentunya menjadi bagaikan mainan
yang telah mendarah daging di dalam tubuhnya. Namun seiring pertumbuhan jumlah penduduk
di Mimika yang semakin meningkat, merajut noken bukan lagi hanya dilakukan oleh
orang asli Papua tetapi dapat dilakukan orang yang berasal dari suku lainnya
se-Nusantara.
Mungkin saja di zaman orang tua terdahulu, merajut tas khas
Papua ini dilakukan hanya untuk melengkapi aksesoris yang memperkuat ciri khas
orang Papua, tetapi setelah Papua makin tersohor, noken pun menjadi salah satu
karya tangan yang dapat menghasilkan uang bernilai fantastis.
Saat dijumpai salampapua.com di lapaknya di Jalan menuju
Bandara Mozes Kilangin Timika, Selasa (19/3/2024), Damiana mengaku dirinya
merasa tersaingi dengan maraknya penjual noken yang ada di Mimika, namun kenyataan
tersebut justru memotivasi daya kreativitasnya sehingga ia pun terus
berinovasi.
Semula ia hanya menganyam noken dari kulit kayu dan benang
wol dengan bentuk serta ukuran yang juga sama dengan yang diproduksi orang
lain. Namun sejak tiga tahun terakhir daya kreativitas makin ia kembangkan
dengan membuat baju, sepatu, anting, gelang, cincin dan aneka kerajinan
lainnya.
"Jujur saja, saya pernah merasa tersaingi tapi lama
kelamaan saya berpikir bahwa kalau orang lain bisa berbuat sesuatu maka saya
juga harus lebih bisa. Saya sudah tiga tahun belajar membuat hal lainnya dan
bukan sekedar merajut noken. Saya sudah
bisa buatkan baju terusan, baju dan rok, bahkan sepatu dari anyaman kulit kayu.
Sepatu, baju dan rok itu paling laku saat kami ikuti expo," ungkap perempuan
yang telah dikaruniai enam orang anak ini.
Ia mengaku membeli sol sepatu dari pasar yang ada di Timika,
kemudian di sela kesibukan lainnya sebagai ibu rumah tangga, dirinya mulai
merajut aneka model sepatu dan sandal, baik menggunakan benang wol hingga
anyaman dari kulit kayu. Sepatu hasil rajutannya dijual dengan harga Rp 100.000
hingga Rp 250.000 sesuai ukuran, demikian juga untuk noken dijual sesuai
ukuran, bahan dan model, yaitu dimulai dari harga Rp 50.000 hingga Rp 300.000,
sedangkan untuk pernak-pernik hiasan perempuan dibanderol dengan harga Rp
20.000 hingga Rp 50.000. Adapun jualan lainnya kain batik khas Papua, baju
kaus, daster dan rambut palsu.
"Untuk dapat sol sepatu yang paling susah. Bahan untuk
buat anting, tas dan baju itu selalu ada, makanya kita tidak berhenti rajut
terus. Selain yang saya pajang, sering juga melayani pesanan, baik noken, baju
ataupun sepatu. Puji Tuhan saya juga dapat bantuan mesin pintal dari Dinas
Koperasi (Kabupaten Mimika)," ujar perempuan yang pernah mengikuti
kegiatan expo UMKM hingga ke kota Batam, Kepulauan Riau ini.
Penulis: Acik
Editor: Jimmy