SALAMPAPUA (TIMIKA)- Mimika menjadi salah satu daerah
dengan angka stunting yang tinggi berdasarkan data dari Kementrian Kesehatan
Republik Indonesia. Mimika memiliki tingkat stunting dengan angka tinggi secara
nasional yakni 24,1 persen. Artinya dari 1.000 anak, ratusan anak masuk kategori
stunting.
Mengerikan bukan, padahal Kabupaten Mimika adalah salah satu
kabupaten di Indonesia dengan APBD terbesar Rp 7,5 triliun untuk tahun 2024. Demikian
juga tahun-tahun sebelumnya, nilai APBD juga besar. Seharusnya masalah ini tidak
terjadi toh. Pastinya sudah banyak program, hanya saja belum merata.
Terus, apakah stunting ini semua salah pemerintah? Tentu tidak,
namun juga dipengaruhi oleh banyak faktor, mulai dari pola hidup, pendidikan, sosial
budaya dan perilaku lainnya yang menyebabkan pengolahan makanan dan minuman
serta MCK tidak maksimal serta minimnya edukasi serta fasilitas pendukung bagi Masyarakat
memperoleh layanan Kesehatan.
Sesuai dengan Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) Stunting
adalah kondisi gagal tumbuh pada anak berusia di bawah lima tahun (balita)
akibat kekurangan asupan gizi kronis dan infeksi berulang terutama pada periode
1.000 Hari Pertama Kehidupan (HPK), yaitu dari janin hingga anak berusia 23
bulan.
Stunting adalah gangguan pertumbuhan dan perkembangan anak
akibat kekurangan gizi dalam jangka panjang. Stunting bisa disebabkan oleh
malnutrisi yang dialami ibu saat hamil, atau anak pada masa pertumbuhannya.
Stunting ditandai dengan tinggi anak yang lebih pendek
daripada standar usianya. Jumlah kasus stunting di Indonesia masih tergolong
tinggi, yaitu sekitar 3 dari 10 anak. Oleh karena itu, stunting masih menjadi
masalah yang harus segera ditangani dan dicegah.
Meski begitu, perlu diketahui bahwa anak yang tinggi
badannya di bawah rata-rata belum tentu mengalami kekurangan gizi. Hal ini
karena tinggi badan dapat dipengaruhi oleh faktor genetik. Jadi bila kedua
orang tua berpostur tubuh pendek, anak juga bisa memiliki kondisi yang sama.
Selain itu, perkembangan anak yang stunting biasanya
terlambat secara signifikan. Sementara di sisi lain, anak yang sehat umumnya
tidak mengalami keterlambatan perkembangan meski perawakannya pendek.
Penyebab utama stunting adalah malnutrisi dalam jangka
panjang (kronis). Beberapa kondisi yang bisa menyebabkan anak kekurangan
nutrisi adalah: Ibu mengalami malnutrisi atau terserang infeksi selama hamil, anak
tidak mendapatkan ASI eksklusif, kualitas gizi MPASI yang kurang, anak
menderita penyakit yang menghalangi penyerapan nutrisi, seperti alergi susu
sapi atau sindrom malabsorbsi, anak menderita infeksi kronis, seperti
tuberkulosis atau cacingan. Juga anak memiliki penyakit bawaan, seperti
penyakit jantung bawaan atau thalassemia
Ada faktor-faktor yang bisa meningkatkan risiko anak
mengalami stunting, antara lain: terlahir premature, terlahir dengan berat
badan rendah, mengalami intrauterine growth restriction (IUGR), tidak
mendapatkan vaksin yang lengkap, hidup di tengah kemiskinan, tinggal di
lingkungan dengan sanitasi buruk dan tidak mendapatkan akses untuk air bersih.
Gejala stunting umumnya bisa terlihat saat anak berusia 2
tahun. Namun, hal ini sering tidak disadari, atau malah disalahartikan sebagai
perawakan pendek yang normal. Gejala dan tanda-tanda yang bisa menunjukkan anak
mengalami stunting adalah: tinggi badan anak lebih pendek daripada tinggi badan
anak seusianya, berat badan tidak meningkat secara konsisten, tahap
perkembangan yang terlambat dibandingkan anak seusianya, tidak aktif bermain, sering
lemas, mudah terserang penyakit, terutama infeksi.
Menangani stunting dibutuhkan kerjasama lintas sektor, mulai
dari pemerintah, swasta, hingga semua lapisan masyarakat. Kepedulian terhadap
kasus ini memang sangat dibutuhkan saat ini, mengingat tingginya angka stunting
di Mimika bahkan melebihi angka nasional 21,4 persen. Umumnya anak-anak yang
menderita stunting adalah masyarakat dengan lingkungan sanitasi buruk. Hal ini
perlu dijangkau dengan melakukan jemput bola ke lingkungan-lingkungan masyarakat
yang jauh dari layanan fasilitas kesehatan.
Di samping itu, jumlah fasilitas layanan kesehatan seperti
Pustu, Puskesmas dan lainnya bisa semakin ditingkatkan, dan tidak kalah penting
adalah ketersediaan tenaga medis dan paramedis yang sudah terlatih bisa
disediakan pemerintah. Termasuk fasilitas mereka di daerah tugas, serta jaminan
keamanan agar mereka bisa betah.
Juga memberikan edukasi kepada masyarakat agar mengetahui
pola hidup sehat, mulai dari tinggal di rumah yang bersih, cara pengolahan
makanan yang sehat, hingga fasilitas mandi, cuci, kasus yang sehat. Pemerintah Kabupaten
Mimika dengan semua OPD terkait, juga perlu menambah alokasi anggaran untuk
pemberian makanan tambahan kepada seluruh warga khususnya anak-anak dan ibu
hamil.
Jika melihat Mimika dengan sumber daya alam yang melimpah,
stunting dengan angka besar itu tidak seharusnya terjadi. Namun, mengeluh tidak
ada gunanya, selain memperbaiki apa yang menjadi kekurangaan dan kelemahan
program kesehatana yang sudah dijalankan. DPRD Mimika sebagai wakil rakyat,
juga mesti memperjuangkan masalah ini dengan sangat serius, sehingga angka
stunting semakin menurun bahkan semua anak, dapat tumbuh normal dan menjadi generasi
masa depan Mimika, Papua dan Indonesia. Amole, Nimawitimi, Saipa. (Redaksi)