SALAM PAPUA (TIMIKA)- Money Politics atau politik
uang tidak bisa dilepaskan setiap kali diselenggarakannya pesta demokrasi di
Indonesia, apakah Pilres, Pileg dan Pilkada. Uang memang memiliki kekuatan luar
biasa, sehingga iming-iming uang ini jelas akan mampu menarik simpati dari
pemilih di setiap daerah yang menyelenggarakan pemilihan.
Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) Serentak Tahun 2024 akan
dihelat pada tanggal 27 November 2024. Total daerah yang akan melaksanakan
pemilihan kepala daerah serentak tahun 2024 sebanyak 545 daerah dengan rincian
37 provinsi, 415 kabupaten, dan 93 kota. Daerah Istimewa Yogjakarta, menjadi
daerah yang tidak menggelar Pilkada.
Di antara 37 provinsi tersebut, Daerah Istimewa Yogyakarta
(DIY) tidak ikut dalam gelaran pemilihan gubernur (Pilgub) serentak. Hal itu
karena berdasarkan Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2012 tentang Keistimewaan DIY,
pengisian jabatan gubernur dan wakil gubernur DIY tidak ditentukan melalui
Pilkada.
Pasal 18 Ayat 1 huruf c menyebut Gubernur DIY dijabat
seseorang yang bertakhta sebagai Sultan Hamengku Buwono, sedangkan Wakil
Gubernur dijabat oleh seseorang yang bertakhta sebagai Adipati Paku Alam
(dikutip dari CNN Indonesia).
Menurut Wikipedia, politik uang atau politik perut (bahasa
Inggris: Money Politics) adalah suatu bentuk pemberian atau janji menyuap
seseorang baik supaya orang itu tidak menjalankan haknya untuk memilih, maupun
supaya ia menjalankan haknya dengan cara tertentu pada saat pemilihan umum.
Pembelian bisa dilakukan menggunakan uang atau barang. Politik uang adalah
sebuah bentuk pelanggaran kampanye.
Politik uang umumnya dilakukan simpatisan, kader atau bahkan
pengurus partai politik menjelang hari H pemilihan umum. Praktik politik uang
dilakukan dengan cara pemberian berbentuk uang, sembako antara lain beras,
minyak dan gula kepada masyarakat dengan tujuan untuk menarik simpati masyarakat,
agar mereka memberikan suaranya untuk partai atau calon atau pasangan calon
kepala daerah yang bersangkutan.
Pasal 73 Ayat 3 Undang Undang Nomor 3 tahun 1999 berbunyi:
"Barang siapa pada waktu diselenggarakannya pemilihan umum menurut
undang-undang ini dengan pemberian atau janji menyuap seseorang, baik supaya
orang itu tidak menjalankan haknya untuk memilih maupun supaya ia menjalankan
haknya dengan cara tertentu, dipidana dengan pidana hukuman penjara paling lama
tiga tahun. Pidana itu dikenakan juga kepada pemilih yang menerima suap berupa
pemberian atau janji berbuat sesuatu."
Praktik Money Politics menjadi salah satu musuh utama dalam
setiap penyelenggaraan pesta demokrasi, baik nasional maupun lokal. Istilah
politik uang dimaksudkan sebagai praktek pembelian suara pemilih oleh peserta
pemilu, maupun oleh tim sukses, baik yang resmi maupun tidak, biasanya sebelum
pemungutan suara dilakukan. Dengan politik uang, pemilih kehilangan otonominya
untuk memilih kandidat pejabat publik melalui pertimbangan rasional, seperti
rekam jejak, kinerja, program maupun janji kampanye karena memilih kandidat
hanya karena pemberian uang belaka.
Bagaimana di Mimika sendiri? Apakah praktik money politics
ini sudah terjadi? Atau sudah menjadi tradisi dalam setiap penyelenggaraan
pesta demokrasi? Desas-desus banyak berseliweran menjelang Pilkada. Si Paslon
ini akan memberi segini per orang, si Itu menjanjikan ini dan itu serta masih
banyak cara lain agar mendapatkan kepercayaan dari pemilih. Di Mimika ada 200
ribu lebih pemilih dan semoga saja semua orang tersebut mau menggunakan hak
pilihnya, tanpa terlibat dalam money politics.
Yang jelas, setiap Paslon sudah menyediakan anggaran sejak
awal dengan jumlah yang tidak sedikit. Politik itu jelas mahal. Ikut berpolitik
tanpa uang jelas hanya isapan jempol belaka. Banyak hal yang harus dibiayai
Paslon sejak awal mencalonkan diri hingga harus berjuang keras bahkan
sekeras-kerasnya, demi memenangkan Pilkada dan memerintah selama 5 tahun atau
berlanjut di periode berikutnya.
Ungkapan suara rakyat adalah suara Tuhan bermakna bahwa derajat
kemuliaan suara rakyat dijunjung tinggi setara kuasa ilahiah. Mantranya, suara
rakyat adalah suara Tuhan (Vox Populi, Vox Dei). Suara rakyat yang disunggi
sedemikian tinggi dipercayakan kepada para wakil rakyat dan penguasa negara
yang lain.
Rakyat mengganjar mereka martabat, kehormatan, dan otoritas
politik agar kekuasaan dikelola guna mewujudkan kesejahteraan bersama. Rakyat
mempertaruhkan nasib dan masa depannya kepada mereka. Namun pertanyaannya
apakah sesudah mereka duduk, para penguasa akan mengingat janji-janji
kampanyenya? Apakah narasi kampanye ini dan itu akan ditepati? Belum tentu.
Di sinilah dibutuhkan hikmat dari masyarakat yang terdaftar
sebagai pemilih agar dalam menentukan pilihan benar-benar melihat figur Paslon.
Apa visi misinya, rencana inovasi serta rencana program yang berpihak kepada
rakyat tanpa batas. Banyak yang jadi pertimbangan namun sekali lagi, yang jelas
pilihan ada di tangan rakyat. Rakyat yang menentukan siapa pemimpin di daerah
ini 5 tahun ke depan. Apakah dengan hanya menerima beberapa lembaran Rupiah
akan melunturkan hati pemilih dan menuruti permintaan si pemberi uang? Atau
memilih tidak memilih atau memilih sesuai hati nurani bahwa Paslon nomor sekian
lebih memiliki harapan jadi pemimpin, dan membawa Kabupaten Mimika semakin lebih
baik dan terus mengalami peningkatan dalam segala hal.
Sekali lagi, pilihan ada pada kita. Di Mimika ada 3 paslon
yang sudah jelas akan bertarung, yakni Paslon JOEL, AIYE dan MP3. Masih ada
waktu kurang lebih 2 bulan hingga Hari H pemilihan 27 November 2024, agar
pemilih dapat melihat siapa yang layak memimpin daerah ini 5 tahun berikutnya.
Sebagai pemilih yang baik, ayo dari sekarang baca visi misi Paslon dan juga
hal-hal lain dari mereka agar pada hari pemilihan, sudah tidak bingung lagi
menentukan pilihan.
Terserah mau pilih siapa, namun mari, jangan sampai hak suara
anda dihargai hanya sekian Rupiah. Pilihlah siapa yang menurut pemilih yang
terbaik. Selama menantikan hari pemilihan. Kedaulatan rakyat tak akan terwujud
hanya karena ungkapan romantik-retorik semata. Kelengahan rakyat memilih
pengelola kekuasaan negara akan berakibat rakyat menuai derita dan sengsara. Amole,
Nomawitimi, Saipa. Salam Papua, Media Kritis, Objektif, Akrab dan Bermartabat.
(redaksi)