SALAM PAPUA (TIMIKA)- Blusukan calon Bupati Mimika
nomor urut 2, Maximus Tipagau, ke Pasar Gorong-Gorong, Jalan Airport Lama,
Timika, Jumat (15/11/2024) lalu, menjadi momen tak terduga yang penuh makna.
Saat menyerap aspirasi para pedagang pasar, Maximus dihentikan oleh sekelompok
pemuda mabuk yang menyampaikan kegelisahan mereka.
Salah satu pemuda, Polikartus, menghentikan langkah Maximus
dengan pertanyaan yang menggugah. “Kaka Maximus, kalau jadi bupati, apa bisa
kasih kami kerja?” tanyanya dengan nada berat, namun penuh harap.
Polikartus dan teman-temannya mengaku mabuk bukan karena
keinginan, tetapi akibat tekanan hidup. “Kami stres karena tidak ada kerja.
Tidak ada yang peduli, jadi mabuk ini satu-satunya pelarian,” ujar Polikartus
sambil menatap Maximus.
Alih-alih terganggu, Maximus melihat ini sebagai panggilan
untuk bertindak. Dengan penuh perhatian, ia mengajak para pemuda untuk
berdialog lebih jauh. “Kaka, kumpulkan teman-temanmu. Saya ingin bicara dengan
kalian,” kata Maximus tegas.
Komitmen Maximus untuk Pemuda Mimika
Dalam dialog tersebut, Maximus menegaskan keprihatinannya
terhadap kondisi generasi muda Mimika, yang kurang mendapatkan perhatian dari
pemerintah. Ia menilai, minimnya peluang kerja dan keterampilan menjadi akar
masalah yang harus segera diselesaikan.
“Saya tahu kalian mabuk bukan karena suka, tapi karena
stres. Tidak ada kerja, tidak ada peluang. Tapi kalian harus tahu, saya siap
bantu jika kalian juga siap berubah,” ungkapnya.
Jika terpilih, Maximus berkomitmen untuk membangun balai
pelatihan kerja di Mimika. Ia berencana memberikan pelatihan teknis seperti
instalasi listrik, pengoperasian alat berat, dan keterampilan lain yang sesuai
dengan kebutuhan industri lokal.
“Kalau saya jadi bupati, saya pastikan kalian punya tempat
untuk belajar keterampilan. Dengan keahlian, perusahaan pasti mau menerima
kalian. Tapi syaratnya, kalian harus tinggalkan hal-hal negatif seperti ini,”
tegasnya sambil menunjuk botol minuman keras yang ada di sekitar.
Gorong-Gorong sebagai Simbol Perubahan
Maximus juga mengajak para pemuda di kawasan Gorong-Gorong
untuk menjadikan daerah mereka sebagai simbol perubahan. “Gorong-Gorong tidak
boleh lagi dikenal karena mabuk-mabukan. Kita ubah menjadi kawasan penuh
semangat, keterampilan, dan harapan,” ujarnya dengan penuh optimisme.
Para pemuda yang hadir merasa tersentuh dengan perhatian dan
solusi konkret yang ditawarkan Maximus. Bagi Polikartus dan teman-temannya,
dialog ini menjadi momen harapan baru.
“Kami butuh pemimpin seperti Kaka Maximus. Kami tidak mau
terus begini. Kalau ada peluang, kami pasti mau berubah,” kata Polikartus penuh
semangat. (Tim Media MP3)
Editor: Sianturi