SALAM PAPUA (TIMIKA) – Tanda pertama tulang mengalami
keropos adalah menurunnya kepadatan tulang yang ditandai dengan patah tulang,
di pinggul, lengan bawah, pergelangan tangan, atau tulang belakang. Pertambahan
usia dapat menempatkan seseorang mengalami risiko tulang keropos. Pada orang
dewasa, tulang mengalami proses penghancuran dan pembentukan kembali yang
terus-menerus, yang disebut remodeling.
Hormon androgen dan estrogen berperan dalam keseimbangan
memecah dan membangun kembali tulang. Seiring bertambahnya usia, kadar hormon
ini mengalami penurunan, sehingga tulang lebih cepat keropos akibatnya tulang
menjadi lemah dan rentan. Gaya hidup dan konsumsi obat tertentu dapat membantu
mencegah tulang mengalami pengeroposan.
Obat untuk Mencegah Pengeroposan Tulang
Selain perubahan gaya hidup, pilihan obat tertentu dapat
mencegah tulang keropos. Berikut adalah pilihan obat tersebut:
1. Bifosfonat
Bifosfonat bekerja dengan mengurangi aktivitas osteoklas,
yang memperlambat pergantian tulang atau pengangkatan tulang tua dan
meningkatkan kekuatan tulang dan kepadatan tulang. Beberapa bifosfonat, seperti
Fosamax (alendronate) dan Actonel (risedronate), dikonsumsi sebagai tablet
harian atau mingguan, sedangkan Boniva (ibandronate) diminum setiap bulan untuk
mencegah dan mengobati keropos tulang. Konsumsi bifosfonat dapat menciptakan
efek samping antara lain nyeri tulang, sendi, atau otot, mual, kesulitan menelan,
dan mulas.
2. Hormon Paratiroid
Obat yang termasuk hormon paratiroid adalah Forteo
(teriparatide) dan Tymlos (abaloparatide), yang membantu tubuh membangun tulang
baru. Penggunaan obat tersebut dilakukan dengan cara disuntikkan ke tubuh
setiap hari selama 18 bulan hingga dua tahun.
Ini adalah obat yang dapat membangun kembali tulang dan
berpotensi membalikkan osteoporosis. Keamanan jangka panjang obat ini masih
belum jelas, yang merupakan salah satu alasan seseorang hanya dapat meminumnya
selama dua tahun. Selama pengujian kedua obat ini dikaitkan dengan peningkatan
risiko kanker tulang pada penelitian pada hewan.
3. Antibodi Monoklonal
Antibodi monoklonal untuk osteoporosis termasuk Prolia
(denosumab) dan obat baru Evenity (romosozumab). Prolia diberikan melalui
suntikan setiap enam bulan, dan bekerja dengan menghambat pematangan osteoklas,
yang melindungi tulang dari degradasi dan memperlambat perkembangan penyakit.
Evenity adalah antibodi monoklonal yang merupakan terobosan
dalam pengobatan osteoporosis, baik untuk membangun tulang maupun mengurangi
pengeroposan tulang. Penggunaannya disuntikkan sebulan sekali selama setahun,
dan bekerja dengan cara memblokir sclerostin, protein yang terlibat dalam
remodeling tulang. Mengonsumsi evenity diduga dapat meningkatkan risiko masalah
jantung dan stroke.
4. Terapi Estrogen
Terapi penggantian estrogen dilakukan untuk pencegahan
osteoporosis karena peran hormon ini dalam memproduksi tulang. Sering kali
pasien perempuan mulai menggunakan estrogen untuk pengobatan hot flash yang
parah sekitar waktu menopause dan merasa lebih baik setelahnya.
Namun, ada kekhawatiran tentang peningkatan risiko kanker
payudara dan masalah kardiovaskular, termasuk penyakit jantung, stroke, dan
pembekuan darah. Itulah sebabnya, direkomendasikan untuk menggunakan terapi
estrogen ini dalam jangka pendek atau sesuai dengan rekomendasi dokter. Terapi
estrogen tidak digunakan untuk mengobati laki-laki yang mengalami keropos
tulang.
5. Kalsitonin
Kalsitonin adalah obat yang dulunya digunakan untuk masalah
keropos tulang. Namun, untuk saat ini kalsitonin jarang diresepkan, karena ada
kekhawatiran terjadi peningkatan risiko kanker terkait penggunaan kalsitonin
jangka panjang.
Sebelum mengonsumsi obat-obatan ini dokter akan memberikan
rekomendasi dan mendiskusikan efek samping serta mempertimbangkan apakah efek
sampingnya layak untuk hasil akhir pengobatan. (halodoc)
Editor: Sianturi