SALAM PAPUA (TIMIKA)- Alkisah sepasang anak manusia
yang tinggal di pegunungan Arfak, Manokwari, Papua Barat, Indonesia. Mereka
hidup berdua dan memadu cinta hingga kekuatan cinta mengabadikan diri mereka
menjadi dua buah danau besar yang ada sampai sekarang. Bahkan legenda setempat
menyebutkan bahwa danau tersebut masing-masing ditinggali oleh seekor naga
jantan dan betina.
Alkisah sepasang anak manusia yang tinggal di pegunungan
Arfak, Manokwari, Papua Barat, Indonesia. Mereka hidup berdua dan memadu cinta
hingga kekuatan cinta mengabadikan diri mereka menjadi dua buah danau besar
yang ada sampai sekarang. Bahkan legenda setempat menyebutkan bahwa danau
tersebut masing-masing ditinggali oleh seekor naga jantan dan betina. Dualisme
jenis kelamin inilah yang pada akhirnya membuat warga setempat percaya, bahwa
kedua danau besar ini pun berkelamin jantan dan betina. Oleh karena itu,
masyarakat asli setempat menamakan danau jantan sebagai Anggi Ginji dan danau
betina sebagai Anggi Gita.
Alam yang indah memang sudah tidak aneh di Papua. Kekayaan
alam yang begitu mempesona memang tersebar luas di salah satu pulau besar
Indonesia ini. Kekaguman ini juga akan kita saksikan ketika kita mengunjungi
Danau Anggi di wilayah Manokwari, propinsi Papua Barat. Hamparan hutan hijau
yang masih liar, pegunungan yang menjulang tinggi, dan kehidupan pedesaan yang
masih tradisional menjadi daya tarik luar biasa atas anugerah tak ternilai dari
Tuhan ini.
Keindahan Alam Bawah Laut di Pulau Wangi Wangi
Danau Anggi yang terdiri atas dua danau besar ini terletak
di kawasan cagar alam pegunungan Arfak dan berada di ketinggian kurang lebih
2.950 meter di atas permukaan laut. Untuk mencapai wilayah tempat tinggal suku
Arfak ini, membutuhkan waktu sekitar 3-4 jam perjalanan dengan menggunakan
kendaraan mobil berpenggerak 4 roda. Harus dengan mobil off-road karena medan
jalan menuju tempat ini memang mempunyai tingkat kesulitan yang cukup tinggi.
Jalan tanah dengan batu-batu besar dan sungai-sungai deras
yang harus diseberangi menjadi situasi yang dihadapi ketika menuju danau Anggi.
Bahkan tidak jarang, para pelancong yang pergi ke danau ini akan menemui tanah
longsor dan terhambat selama beberapa jam hingga tanah longsor dapat diatasi.
Oleh karena itu, sopir-sopir kendaraan off-road yang biasa melewati jalan ini
tidak akan berangkat bila cuaca hujan kurang bersahabat.
Perjalanan menuju danau Anggi memang relatif lama, namun
tidak perlu kuatir karena pemandangan alam yang akan kita saksikan pun mampu
membuat lupa waktu. Bila kita berangkat dini hari dari Manokwari, kemungkinan
besar kita akan menyaksikan indahnya matahari terbit diantara pegunungan Arfak.
Keindahan ini tidak akan terbayar dengan nilai uang dan kita tidak akan
berhenti bersyukur bila menyaksikannya. Bulatnya matahari pagi muncul diantara
gunung-gunung besar seakan menguak kabut-kabut pagi yang masih menyelimuti
sebagian besar wilayah pegunungan. Hangatnya matahari akan berpadu dengan
dinginnya udara asli pegunungan dan menghasilkan kesejukan yang sangat nyaman
dinikmati.
Sesampainya di wilayah danau, kita akan disapa oleh
perkampungan penduduk yang umumnya
adalah masyarakat asli suku Arfak. Mereka sudah tinggal di wilayah ini sejak
jaman purba dan sangat menghormati alam sekitar yang begitu indah ini.
Rumah-rumah tradisional mereka yang biasa disebut rumah kaki seribu pun akan
banyak ditemui di sepanjang jalan kampung sekitar danau. Warga setempat umumnya
ramah dan memiliki sikap yang jauh lebih sopan dari masyarakat pegunungan papua
secara umum. Mereka juga terkenal dengan kekuatan dalam berjalan kaki tanpa
alas dari satu desa menuju desa lain yang berjarak puluhan kilometer.
Jauhnya perjalanan ini akan kita rasakan juga ketika kita
melihat danau Anggi Gita yang terletak lebih rendah dari danau Anggi Ginji.
Sebenarnya, ada dua alternatif jalan menuju kedua danau ini, satu melalui jalur
atas dan satu lagu melalui jalur bawah sehingga kita akan menemui danau betina
terlebih dulu. Jalan tanah berbatu yang berliku-liku menjadi penghubung kedua
danau besar ini. Sebuah gunung tinggi menjulang menjadi pemisah kedua danau ini
dan untuk mencapai Danau Anggi Ginji, kita akan mengitari gunung ini.
Danau Anggi Ginji maupun Gita memiliki air yang cukup
tenang, perbedaannya terletak di warna air. Danau Anggi Ginji memiliki air yang
berwarna kehitaman sedangkan Gita memiliki air berwarna biru terang, perbedaan
ini disebabkan oleh pantulan hutan-hutan di sekitar danau dan berbagai plankton
yang terdapat di dalam danau. Tumbuhan-tumbuhan khas pegunungan pun akan banyak
kita saksikan di kedua danau Anggi, umumnya tumbuhan ini adalah endemik khas
tempat ini, yang berarti tidak ada di wilayah lain.
Danau Anggi memang sulit dicapai, namun itu semua tidak akan
berarti ketika kita menyaksikan sendiri keagungan alam sekitar danau yang
begitu menakjubkan. Bahkan, menurut warga setempat kedahsyatan danau Anggi
sudah diakui para peneliti dari luar negeri. Banyak sekali peneliti yang ingin
meneliti kedalaman kedua Danau Anggi, namun belum ada satupun yang mampu
menyelam dan mencapai dasar danau. Oleh karena itu, hingga kini kedalaman danau
Anggi masih menjadi misteri yang belum terungkap. Misteri danau Anggi ini akan
terus ada menjadi daya tarik dan bersinergi dengan pegunungan Arfak yang begitu
unik. (Indonesiakaya.com)
Editor: Sianturi