SALAM PAPUA (NABIRE)- Anggota DPRP Papua Tengah Anggota Komisi IV yang membidangi insfrastruktur dan SDA Peanus Uamang, S.HI menyatakan rasa kecewa dengan Peresmian Produksi Smelter Freeport, yang tidak melibatkan Perwakilan Lemasa dan Lemasko sebagai Pemilih Hak Ulayat. Hal itu dikatakan Peanus saat menghubungi Salampapua.com, Jumat (20/03/2025).

“Saya sebagai orang Amungme Kabupaten Mimika, Provinsi Papua Tengah, menyesalkan peresmian produksi smelter emas milik PT Freeport Indonesia (PTFI) di Gresik, Jawa Timur, pada 17 Maret 2025 yang tidak melibatkan perwakilan dari Suku Amungme, Lemasa dan perwakilan dari Suku Kamoro, Lemasko di Kabupaten Mimika Papua Tengah yang merupakan pemilik hak ulayat atas tanah sumber konsentrat PTFI di Gunung Grasberg,” tegasnya.

Pasalnya kata Peanus, pabrik smelter di Gresik merupakan bagian dari hasil pengolahan tambang di tanah orang Papua. Untuk itu, dirinya Anggota DPRP Papua Tengah Mimika menyatakan bahwa persemian tersebut benar-benar mengabaikan masyarakat pemilik hak sulung, baik mewakili lembaga adat, Gubernur, Bupati, DPR ataupun tokoh masyarakat dan lain-lain.

"Saya Peanus Uamang sebagai anggota DPRP Papua Tengah dan merupakan anak asli Amungme kecewa dengan apa yang dilakukan oleh pemerintah pusat dan PTFI. Itu berarti kami masyarakat Papua yang punya hak ini dibutuhkan saat tertentu seperti ini,” tandasnya.

Kader Partai Amanat Nasional PAN ini mengaku kecewa dan menurutnya kalau begini terus, untuk ke depan benar-benar hak-hak masyarakat akan terus diabaikan.

“Kita tidak melarang dan tidak minta sesuatu tapi menghargai dan melibatkan masyarakat pemilik hak itu penting, karena kita ini merupakan korban permanen atas operasional tambang di Tembagapura,” ungkapnya.

Tidak hadirnya anak pribumi Papua pada peresmian smelter itu menurutnya patut diduga atas ulah oknum-oknum yang ada di PT Freeport Indonesia.

"Harusnya kami diundang supaya kita dianggap dan merasa memiliki. Patut dicurigai ini karena ulah oknum-oknum di Freeport, karena mestinya Freeport tahu siapa-siapa yang harusnya diundang dan hadir di Gresik,” ujarnya lagi.

Dikatakannya, tambang Freeport ada di Timika Papua Tengah yang didiami oleh dua suku asli AK, suku kerabat dan OAP lainnya. Tapi kemarin saat peresmian produksi smelter itu sama sekali tidak dilibatkan. 

“Bagaimana ingat dan rampas kekayaan alamnya tapi manusia yang punya sumberdaya alamnya lupa tidak libatkan. Kami tidak harus diberikan uang, tetapi kami mau dihargai dan dihormati sebagai pemilik hak ulayat setempat dengan diundang, supaya semua tahu bahwa Freeport itu betul adanya di Mimika Papua Tengah,”tambahnya.

Penulis/Editor: Sianturi